"Sistem monitoring digital ini sangat efektif. Kami bisa mendeteksi masalah sejak dini dan memberikan solusi cepat tanpa harus selalu berada di lokasi. Ini memastikan kontinuitas program tetap terjaga," tambah Mario Sandro.
Dampak Ganda: Ekonomi dan Lingkungan
Program yang berlangsung sejak Juni hingga September 2025 ini mengadopsi pendekatan Participatory Action Research (PAR) untuk memastikan keterlibatan aktif dan berkelanjutan dari UMKM Athaya Jaya.
Transformasi limbah kulit singkong menjadi beras analog tidak hanya mengatasi masalah lingkungan, tetapi juga membuka peluang diversifikasi produk dan peningkatan nilai tambah ekonomi.
Sebelum program ini, UMKM Athaya Jaya yang telah beroperasi tiga tahun hanya mengandalkan satu produk kelanting singkong dengan produksi 25-30 kg per hari.
Limbah kulit singkong yang dihasilkan selama ini menjadi masalah lingkungan karena dibuang tanpa pemanfaatan. Kini, limbah tersebut bertransformasi menjadi produk pangan alternatif bernilai tinggi.
Menuju Evaluasi Sumatif
Tim pelaksana merencanakan evaluasi sumatif di akhir program untuk mengukur dampak keseluruhan terhadap peningkatan kapasitas UMKM, kontribusi pada ketahanan pangan lokal, dan keberlanjutan program pasca-pendampingan.
"Kami optimis program ini akan menjadi model pemberdayaan masyarakat yang dapat direplikasi di wilayah lain. Inovasi pangan lokal berbasis limbah ini sejalan dengan semangat ketahanan pangan mandiri dan ekonomi sirkular," tutup Fatma Yuniarti.
Program PKM hibah DRTPM 2025 ini membuktikan bahwa kolaborasi perguruan tinggi dengan UMKM mampu menghasilkan solusi inovatif yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat, sekaligus menjawab tantangan ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan.
Kontak:
Tim PKM Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Ketua: Fatma Yuniarti, M.Pd., B.I.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Hibah Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat DRTPM Tahun 2025