RADARMETRO - Jangan meremehkan tanda-tanda alam. Bisa jadi itu sinyal untuk kita mawasdiri atau instropeksi diri terhadap apa pun. Seperti yang saya alami dini hari tadi, Selasa (21/03/2023). Tidak ada petir tidak ada hujan, apalagi mendung. Tiba-tiba saya bermimpi bertemu dengan almarhum Papa yang meninggal 15 Oktober 2022. Memang dalam mimpi itu yang terlihat adalah senyuman Papa dan mengajak ngobrol saya, meski saya lupa apa yang kami obrolkan sesaat setelah saya terbangun. Yang jelas, karena mimpi itu terasa sangat nyata, saya sampai terbangun karena saya ingin berbincang lebih jauh. Saat terbangun itu, saya baru menyadari bahwa itu hanya mimpi. Saat saya lihat jam menunjukkan pukul 02.30 WIB. Saya sempat tidak bisa tidur lagi, karena terbayang wajah dan senyuman Papa.
Saya tidak tahu, atau saya tidak peka atas tanda yang dikirimkan. Kalau kita bilang firasat, saya juga tidak tahu. Yang jelas yang saya tahu, firasat adalah suatu kemampuan dari dalam diri untuk merasakan apa yang akan terjadi di dalam kehidupan. Saya merasa mimpi itu sebuah anugerah, karena saya melihat Papa tersenyum dan berbincang dengan saya. Jadi saya anggap sebagai kabar baik, meskipun saya jadi sulit tidur karena membayangkan Papa begitu nyata di hadapan saya di dalam mimpi itu. Bisa juga diartikan mungkin Papa membangunkan saya untuk Salat Tahajud di sepertiga malam, tapi saya juga tidak berpikir sejauh itu.
Tapi kabar paling mengejutkan datang di pagi hari sekira pukul 06.00 WIB. Saat itu Asisten Rumah Tangga (ART) saya tiba tiba berteriak, “Bapak, iwake sing dowo mati,” teriaknya yang mengagetkan saya. Jika diartikan kira kira begini, “Bapak, ikannya yang panjang mati,” begitulah kira kira. Karena di aquarium saya yang berukuran 1,5 meter itu diisi beberapa ikan, yakni Arwana Super Red dan tankmate nya seperti Lele Amazon dan Lele Tiger, saya masih butuh meyakinkan yang mana yang mati karena semuanya saya anggap sudah besar dan panjang. Setelah dilihat oleh istri saya, mereka histeris dan memastikan yang mati adalah Arwana Super Red kesayangan kami semua.
Setelah itu, saya baru tersadar akan mimpi yang membangunkan saya dini hari tadi. Karena Arwana itu merupakan ikan kesayangan Papa. Karena diurus Papa sejak dari ukuran dua jari, sampai sekarang sudah hampir 60 sentimeter. Ya, itu ikan yang paling sering Papa bicarakan, dan paling beliau sukai. Papa rajin memberikan makanan. Arwana kami itu makanan utamanya ada jangkrik. Semasa Papa hidup, Papa lah yang selalu rutin membelikan jangkrik dua pekan sekali. Bahkan Papa rajin memberi makan jangkrik yang dibeli dengan dedaunan, karena memang sekali membeli jangkrik dalam jumlah besar yakni satu karung untuk dua pekan makanan Arwana.
Papa benar-benar mengurusi Arwana itu dengan baik semasa hidupnya. Bahkan saat Papa dirawat di rumah sakit karena proses pemasangan ring jantungnya, beliau mengingatkan agar memberi dedaunan untuk makanan jangkriknya sehingga tidak mati dan bertahan selama dua pekan. Rasanya tidak kuat meneteskan air mata, ketika kami mengingat bagaimana Papa mengurus Arwana itu dengan baik semasa hidupnya. Istri pun mengakui sangat kehilangan dengan kematian Arwana itu. Maklum, sepeninggal Papa, saya lihat istri mulai rajin menguras akuarium tanpa perlu diberi tahu.
Saat diangkat, dari akuarium, kondisi Arwana masih sangat lemas atau belum kaku. Artinya belum lama mati. Istri masih berharap Arwananya bisa kembali hidup dengan memberikan oksigen buatan di kran air. Tapi setelah 10 menit tidak ada reaksi, dipastikan Arwana itu mati.
Lalu saya berpikir, mungkin Papa hadir di mimpi saya dini hari itu, memang ingin membangunkan saya. Karena jika dilihat kondisinya, Arwana itu belum lama meregang nyawa. Karena kematian Arwana itu bukan karena sakit, melainkan lepasnya pipa saluran sirkulasi air. Biasanya memang suara gemericik air akuarium terdengar memecah di kesunyian malam. Malam itu saya tidak menyadari bahwa tidak ada suara gemericik air. Ya, mungkin itu upaya terakhir Papa untuk menyelamatkan Arwana kesayangannya. Tapi saya berpikir, semoga Arwana itu menemani Papa di Syurga. Sedih masih saya rasakan, tapi saya berharap Papa memaafkan keteledoran saya. Ya, pagi hari ini jelas kurang menyenangkan hati. Tapi saya berdoa, semoga ada kebahagiaan di depan menanti. Karena saya percaya akan selalu ada kebahagiaan setelah duka mendalam. Alfatihah untuk Papa, sore ini saya akan mengunjungi makam Papa. Maafkan anak mu Papa.