RADARMETRO, METRO - Berada di wilayah perkotaan dan memiliki lahan yang terbatas, menjadi tantangan tersendiri bagi Lembaga Kelas IIA Kota Metro untuk membina warga binaan pemasyarakatan (WBP) dalam bidang pertanian.
Meski demikian, lapas setempat tetap berinovasi agar pembinaan bidang pertanian tetap bisa dilakukan.
Untuk menyiasati keterbatasan lahan pertanian, salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan di bawah Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum-HAM) Lampung itu memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan produktif sebagai sarana belajar bertani dan berkebun bagi para WBP.
Dalam mengikuti pembinaan bidang pertanian, para WBP Lapas Kelas IIA Kota Metro didampingi langsung Kepala Sub Seksi (Kasubsi) Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja Antony Harison serta Petugas Koordinator Pertanian, Achmad Desta Reswandi.
BACA JUGA:Kunjungi Polres Mesuji, Ini Pesan Kapolda Lampung
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah perawatan dan pembersihan pada lahan yang ditanami sayur-mayur.
Kegiatan itu merupakan salah satu bentuk gagasan guna memanfaatkan space kosong pada Lapas Metro, untuk "disulap" jadi lahan produktif.
Kepala Lapas Kelas IIA Kota Metro, Muchamad Mulyana, A.Md.IP., S.Sos. mengatakan, langkah Lapas Metro untuk menjadikan lahan tidur menjadi lahan produktif merupakan hal yang baik.
Ia punya mimpi besar bahwa Lapas Metro harus menjadi Lapas yang mampu menghasilkan produk yang berkualitas, meskipun memiliki lahan yang sempit.
"Dengan lahan seadanya ini, kami tetap memaksimalkan segala potensi yang ada di Lapas Metro. Tujuannya adalah agar menjadi lapas yang produktif meski lahan kami terbatas," kata Mulyana, Selasa (22/8/2023).
Ia menambahkan, Lapas Metro juga terus mengembangkan potensi dan keahlian warga binaan dengan memberikan pelatihan-pelatihan kemandirian.
BACA JUGA:Antisipasi Dampak El Nino, Ini Yang Dilakukan Pemkab Mesuji
"Kami melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, agar ketika warga binaan bebas dapat memiliki keahlian yang mumpuni. Sehingga mereka (warga binaan) tidak ada keinginan melakukan pelanggaran ataupun kejahatan kembali," harap Mulyana.