RADARMETRO – Pernyataan Gus Miftah dalam acara pengajian akbar di Lapangan Cipta Karya Kalianda, Jumat (12/01/2024), berbuntut panjang.
Pasalnya dalam pengajian akbar itu, Gus Miftah terang-terangan menyatakan bahwa Wahabi identik dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Pernyataan yang disampaikan terbuka di depan ribuan umat yang juga dihadiri Gubernur Lampung Arinal Djunaidi itu, memantik Ketua DPW PKS Lampung Ahmad Mufti Salim angkat bicara.
Karena adanya penyebutan PKS identik dengan Wahabi, Mufti Salim merasa terpanggil untuk meluruskan sekaligus menantang Gus Miftah untuk mengupasnya.
“Ngawur ini Gus Miftah. Sudah cara menerjemahkannya gak bener, cara mentafsirkannya juga gak komprehensif,” ujar Ahmad Mufti Salim, Ketua DPW PKS Lampung, Selasa (16/01/2024).
Mufti bahkan menantang secara terbuka kepada Gus Miftah untuk ngaji bareng dan membuka tafsir kitab ahlusunnah wal jamaah di depan para ulama dan Ketua MUI Lampung untuk membuktikan siapa yang salah menafsirkan.
“Saya ngajak Gus Miftah untuk ngaji bareng, ayok kita buka tafsir kitab ahlusunnah wal jamaah di depan ulama Lampung, karena ceramahnya di depan Gubernur dan Ketua MUI Lampung. Ayo kita buka kitab tafsir ahlusunnah wal jamaah bagamaina yang benar cara menjelaskan ayat itu. Di depan Ketua MUI, Profesor Muhammad Mukri dan di depan Pak Gubernur sekalian Pak Arinal, serta ulama se-Provinsi Lampung mari kita ngaji bareng. Gus Miftah yang salah atau saya yang salah memahami. Karena PKS tidak seperti itu. Ini tantangan saya untuk Gus Miftah mudah-mudahan segera dijawab,” tantang Mufti yang juga alumnus Pesantren Krapyak, Yogyakarta.
BACA JUGA:Struktur AKD Fraksi PKS DPRD Metro Berubah, Ini Daftarnya!
--
Setelah ditelusuri, pernyataan Gus Miftah itu disampaikan di pengajian akbar.
Berikut ceramah yang disampaikan Gus Miftah yang menyinggung PKS secara langsung.
Awalnya, Gus Miftah menanyakan kepada peserta pengajian, apakah NU itu menyenangkan apa memperingatkan? Dijawab menyenangkan oleh para peserta pengajian yang mayoritas ibu-ibu itu.
NU itu menyenangkan atau menakut-nakuti? Tanya Gus Miftah lagi. Dijawab lagi oleh jamaah, menyenangkan.
“Dan dakwahnya yang menyenangkan di Indonesia itu ada di ahlusunnah wal jamaah. Yang namanya Nahdlatul Ulama. Sementara sebaliknya, yang nakut-nakuti yang ngasih peringatan itu di Indonesia itu identik dengan wahabi. Menyenangkan itu NU, yang sukanya menakut nakuti wahabi. Wahabi itu di Indonesia identik dengan PKS,” ujar Gus Miftah dalam tausiyahnya.
Ia lalu menyinggung keraguannya bahwa NU dan PKS bisa bersama-sama dalam menjalankan sebuah kerjasama dalam bentuk apa pun.