RADARMETRO - Dari sumber air, menjadi rezeki yang mengalir. Begitulah perumpamaan yang pantas disematkan kepada puluhan pembudidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA) yang memanfaatkan potensi kawasan Dam Way Raman atau dikenal dengan Capit Urang.
KJA di kawasan tersebut berpotensi besar dalam peningkatan perekonomian masyarakat sekaligus menjaga ketahanan pangan. Begitulah potret menggambarkan kawasan yang dahulunya menyeramkan kini telah dikembangkan.
Karya warisan kolonial Belanda yang hingga kini masih berdiri kokoh di Kecamatan Metro Utara itu telah memberikan manfaat bagi masyarakat disekitarnya. Hal tersebut tidak lepas dari upaya dan peran serta masyarakat Kecamatan Metro Utara.
Dam atau bendungan yang dibangun saat perang Dunia II berlangsung tersebut kini menjadi sumber penghidupan utama bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Mereka memberdayakan kawasan Capit Urang, di kelurahan Purwoasri yang sebelumnya hanya sebagai lumbung pengairan persawahan kini berkembang menjadi potensi perekonomian baru.
Dari informasi yang dihimpun, budidaya ikan dengan sistem KJA itu telah berjalan dan berbuah hasil, terdapat dua kelompok keramba jaring apung bernama Randela dan Nilai Raman Asri yang memulai budidaya sejak Januari 2021.
BACA JUGA:Polres Metro Tingkatkan Pelayanan SPKT dan Satpas
Tak hanya itu, terdapat pula sejumlah jenis ikan mulai dari Nila, Lele, Mas dan Baung yang berhasil di budidayakan dikawasan tersebut. Pembudidaya juga berhasil meraup untung jutaan rupiah setiap kali panen per satu kerambanya.
Ketua KJA Randela, Antonius Supriyanto (40) menceritakan, ia membangun keramba di Dam Raman itu terinspirasi dari kerabatnya yang terlebih dahulu membudidayakan ikan dengan sistem KJA di kawasan Capit Urang.
"Kita terinspirasi dari teman-teman kita yang sudah memulainya terlebih dahulu, ini tentu untuk peningkatan ekonomi dan juga ketahanan pangan untuk di Kota Metro. Kebetulan kita baru berjalan 2 tahun ini untuk penanaman ikan budidaya jaring apung. Di sini ada ikan lele, ikan baung, ikan mas, dan ikan nila," kata dia saat dikonfirmasi di keramba miliknya, Selasa (23/4/2024).
Pria yang merupakan warga Jalan Walet RT 56 RW 11, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Metro Utara itu mengungkapkan proses pemeliharaan hingga panen dengan hasil yang maksimal.
"Untuk proses perawatan ikan, kalau dibilang sederhana ya susah dibilang susah ya sederhana. Semua tergantung perawatan dari kita. Sederhananya kita senang ketika melihat ikan-ikan dan kekurangan serta kelebihan ikan kita pelajari dan kita turun tangan langsung," jelasnya.
"Kita kesulitan ketika volume air naik turun karena berpengaruh terhadap kondisi ikan, yang dampaknya dapat menyebabkan ikan stres, penyakit dan mati. Susahnya itu ketika ikan terjangkit penyakit, tapi kalau senang pas waktu panennya," imbuhnya.
Hal senada diutarakan Robani (40). Salah seorang penggagas KJA di kawasan Capit Urang tersebut mengaku membangun keramba apung lantaran terinspirasi dengan KJA di Danau Ranau, Kabupaten Lampung Barat.
--
"Dulu saya merantau di danau Ranau, di sana banyak sekali keramba jaring apung dan saya terinspirasi dari sana sehingga saya membuatnya Capit Urang ini karena memang di sini dulu belum ada," ungkapnya.