Jadi Bencana, Ada Fee di Balik Pemilihan Travel untuk Study Tour Siswa

Jumat 17-05-2024,05:02 WIB
Reporter : Hermansyah Albantani
Editor : Devi Oktaviansyah

RADARMETRO - Dilema luar biasa terjadi pasca kasus kecelakaan study tour yang memakan korban jiwa beberapa waktu lalu. 

Bahkan Pemprov Jawa Barat sampai memutuskan untuk meniadakan study tour sebagai salah satu bentuk duka cita dan kecemasan yang muncul dari orangtua.

Efeknya luar biasa, tidak hanya di Pulau Jawa, di Lampung mulai muncul keengganan orangtua untuk mengikuti jalan-jalan yang dibalut dengan bahasa study tour itu.

Salah satu penggiat wisata di Lampung, Adi Susanto angkat bicara mengenai kisruh ini. Ia menilai, kejadian kecelakaan maut itu tidak bisa hanya di salahkan satu pihak saja.

Tapi perlu ada perbaikan untuk ke depan, sehingga tidak mengorbankan anak-anak maupun pengusaha pariwisata yang memang kerap menjadi target study tour sekolah.

“Study tour itu penting sekali bagi anak-anak sekolah karena bisa menjadi bagian untuk membuka wawasan mereka tentang dunia luar. Hal ini membangkitkan imajinasi anak, menjaga kekompakan, sekaligus bisa mendapat pengetahuan baru tentang suatu tempat,” ujar Adi Susanto yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Lampung saat menghubungi radarmetro.disway.id itu.

BACA JUGA:Disdikbud Mesuji Gelar Seleksi Atlet FLS2N dan O2SN di SDN 5 Tanjung Raya

Namun, kata Adi, ada yang sangat disayangkan atas perilaku oknum guru dan sekolah yang lebih mementingkan harga dibandingkan kualitas dan legalitas sebuah travel agent.

“Harusnya pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan terkait baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota mengedukasi sekolah dalam hal menggunakan jasa travel agent atau tour operator yang berlegalitas,” jelasnya.

Vendor yang digunakan atau dipilih bukan karena dari sisi harga saja, tapi dari sisi kualitas layanan juga dipertimbangkan.

“Selain itu, biaya guru jangan dibebankan ke siswa, tapi itu menjadi tanggungjawab sekolah. Ini efeknya kalau semua dibebankan kepada siswa, jadi tekan menekan harga akhirnya,” tegasnya.

Ia juga berharap pengawasan pemerintah terhadap pengusaha transportasi dan travel agent sehingga yang dapat beroperasi hanya yang betul-betul menguasai operasional di lapangan.

“Bukan travel bodong yang ganti akun sosial media sekehendak diri sendiri. Itu jelas travel tidak benar, main banting-banting harga tidak jelas,” ungkapnya.

Ia juga mengakui kadang ada sekolah yang membunuh usaha travel dengan harga ditekan habis. 

“Caranya dengan meminta cashback di luar nalar sehingga pihak travel kebingungan ambil untung dari perjalanan studi tour. Secara logika, makan di Jakarta, Bandung, Bali, dan Jogjakarta itu berbeda beda harganya. Tapi harga yang diberikan sekolah tetap sama,” ungkapnya. 

Kategori :