Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah

--

RADARMETRO.DISWAY.ID -- Alhamdulillah, tepat hari ini, Selasa, 15 tahun sudah perjalanan rumah tangga kami. 16 September 2010-16 September 2025.

Rasanya luar biasa bahagia karena bisa mempertahankan kapal kecil ini, di tengah gempuran perceraian para artis Indonesia. Umur pernikahan Andre Taulani sama kami aja kalah lho (hehehe lawak Pak Haji).

Tapi di balik itu semua, ada perjuangan, ada air mata, ada tekanan batin, ada pergolakan dalam menjalaninya.

Tapi jujur, kayaknya istri saya yang paling banyak tertekan karena menghadapi kelakuan saya. Maaf ya istri ku, maklum suami mu ini bukan orang bener, bahkan bisa dibilang badung, ya pokoknya semua kriteria pasangan yang jelek (red flag), ada di diri saya semua.

Jika boleh saya menyuplik film bioskop yang sedang tayang, "Andai Ibu Tidak Menikah Dengan Ayah" saya kok yakin hidup Masada (istri ku) akan jauh lebih baik dan sempurna.

Mengapa saya bilang begitu, karena penerimaan istri saya terhadap semua masalah yang saya berikan, luar biasa. Bener aja, pasti laki laki seneng bener punya pasangan yang sifatnya kayak istri saya ini. Tenang hidup kalian kalau sifatnya kayak istri saya ini.

Saya itu tidak pernah dilarang apa pun, kemana pun sama istri saya. Syaratnya satu, memberi kabar. Selebihnya dia serahkan penjagaan saya kepada alam semesta. Jelas harusnya dia bisa lebih tenang dan nyaman andai bukan saya orangnya.

Kayaknya sih beliau tidak kuat juga, dan saya yakin pasti sempat terbersit di kepalanya untuk menyerah. Kalau dibelah kepalanya, mungkin isinya kemarahan semua kepada saya. Tapi beliau bisa memanage itu dengan baik.

Dulu saya merasa semua perempuan sama saja, gampang bisa kita cari penggantinya yang lain. Pikiran itu tidak sepenuhnya benar. Benar karena kita bisa mencari perempuan yang lebih cantik, lebih pintar, lebih putih, lebih apalagi, pokoknya lebih lah dari pasangan kita sekarang.

Tapi ada satu hal yang sepertinya sulit didapatkan dari perempuan, yakni menerima kekurangan kita yang kategorinya ekstrem ini. Bandelnya saya ini, kalau di akreditasi kategorinya akreditasi A, begitulah kira kira.

Gila kan, beliau bisa bertahan dan menerima saya. Semakin ke sini, semakin sadar tidak ada yang sempurna dari manusia. Apa yang mau kita cari di dunia ini.

Saya semakin menyadari saya takut kehilangan dan merindukan perhatian dan pelayanannya, karena hari ini beliau sakit. Sebenarnya cuma sakit meriang, tapi rasanya rumah dan saya kok seperti kehilangan dan saya baru sadar ternyata sebegitu bergantungnya kami di rumah ini kepada istri.

Jadi yang paling saya takutkan adalah ketika beliau sakit, sepertinya kami tidak bisa mengurus diri kami sendiri.

Bahkan sudah berkali-kali saya bilang ke beliau, sepertinya saya akan lebih dulu pergi dibandingkan kamu. Karena saya yakin, istri saya bisa lebih baik dibandingkan saya untuk menjadi teladan bagi anak-anak kami.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: