Animal Welfare pada Satwa Terancam Punah

Animal Welfare pada Satwa Terancam Punah

Foto: Ilustrasi --

Penulis : Grace Daniela Debora Panggabean

Lusiana Manullang

Marta Rosi Br Tarigan

Etika penelitian menggunakan hewan tidak selalu diperuntukkan bagi penelitian yang bertujuan untuk memahami penyakit manusia saja, namun adapula yang digunakan guna penelitian lainnya dan berkenaan dengan kepentingan hewan itu sendiri contohnya untuk studi pendidikan.

Dalam hal ini misalnya pelanggaran etik saat melakukan dokumentasi terhadap hewan.

Mendokumentasikan hewan untuk kepentingan studi pendidikan ada etikanya, terutama terhadap hewan-hewan yang memiliki sensitifitas tinggi dan berstatus terancam punah/langka.

Sebagai orang yang hendak medokumentasikan hewan, kita wajib mengikuti seluruh ketentuan yang ada terutama dalam menjaga kenyamanan, keamanan dan privasi dari hewan yang menjadi objek, apalagi jika hewan (objek) tersebut tergolong langka dan dilindungi.

Salah satu kasus pelanggaran etik terhadap hewan telah kami temukan dengan diangkatnya berita mengenai seekor Tarsius Horsfield di taman safari yang dikritik oleh para ahli primate pada laman Instagram Mongabay, karena diduga Tarius tersebut mengalami stress dan memperlihatkan gesture tubuh yang tidak nyaman karena flash dari kamera yang digunakan oleh pengunjung.

BACA JUGA:Ibu, Malaikat Tak Bersayap

Para ahli pun menyatakan bahwa pengambilan dokumentasi kali ini melibatkan tindakan yang tidak memenuhi Animal Welfare yang mana seharusnya Animal welfare (kesejahteraan hewan) merujuk pada kondisi umum kesehatan, kebahagiaan, dan kenyamanan hewan terutama dalam hal psikologisnya.

Prinsip-prinsip kesejahteraan hewan bertujuan untuk memastikan bahwa hewan-hewan yang terlibat dalam berbagai kegiatan seperti penelitian, pertanian, hiburan, ataupun pemeliharaan, diperlakukan dengan baik dan mendapatkan perlindungan yang sesuai. 

Tarsius dikenal sebagai hewan nokturnal dengan bola mata yang cukup besar, sehingga karena itu sudah pasti sensitif terhadap intensitas cahaya yang tinggi.

Dalam kasus tersebut terlihat bahwa Tarsius itu menunjukkan gesture tidak nyaman dan tampak stress akibat didokumentasikan dengan kamera yang flash nya sangat mencolok.

Tarsius adalah primata kecil yang dilindungi, memiliki sifat yang sangat pemalu, rawan stress dan terkenal karena matanya yang besar serta kemampuannya untuk beraktivitas pada malam hari. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: