RADARMETRO - Shio adalah dua belas hewan yang mewakili tahun, bulan, dan jam tertentu dalam astrologi Tionghoa. Berbagai kebudayaan yang terpengaruh adat Tionghoa, juga memiliki tradisi shio. Meski sebagian hewan dalam shio memiliki perbedaan.
Dalam astrologi Tionghoa, lambang hewan shio yang ditetapkan berdasarkan tahun, menunjukkan cara orang lain memandang dirimu atau dirimu memandang dirimu sendiri.
Sebuah kesalahpahaman umum bahwa lambang hewan shio hanya ditetapkan berdasarkan tahun. Nyatanya, penetapan lambang hewan shio ini, juga didasarkan atas bulan (disebut "binatang dalam"), hari (disebut "binatang sejati"), dan jam (disebut "binatang rahasia"). Dengan kata lain, seseorang yang memiliki shio naga berdasarkan tahun, juga bisa memiliki shio ular berdasar bulan kelahiran.
Dua belas binatang dalam shio terbentuk pada masa awal peradaban Tiongkok, sehingga sangat sulit menelusur asal-muasalnya. Banyak kisah dan cerita yang menceritakan mengenai penetapan dua belas hewan ini menjadi bagian dari shio.
Salah satu legenda mengisahkan, Kaisar Giok menitahkan bahwa tahun-tahun dalam penanggalan akan dinamai dengan nama-nama hewan berdasar urutan mereka sampai ke kediamannya.
Untuk mencapai tempat tujuan, hewan-hewan tersebut harus menyeberangi sebuah sungai. Kucing dan tikus tidak bisa berenang, tetapi mereka pandai, dan meminta tumpangan pada kerbau. Kerbau yang baik hati dan naif mempersilakan mereka naik di punggungnya.
Dalam legenda lain dikatakan, kerbau bersedia memberi tumpangan agar bisa mendengar nyanyian tikus. Saat kerbau sudah hampir sampai ke tepi, tikus mendorong kucing hingga jatuh ke sungai.
Kemudian segera turun dari punggung kerbau dan mendahuluinya menemui Kaisar Giok. Hal ini menjadikan tikus menjadi hewan pertama dalam shio, diikuti kerbau. Meski kuat, macan sempat terseret arus ke hilir, sehingga dia datang di urutan ketiga.
Hewan keempat yang datang adalah kelinci yang menyeberang dengan melompati batu-batu yang ada. Dia sempat kehilangan pijakan di tengah jalan, tetapi beruntung menemukan kayu yang mengapung untuk pegangan yang mengantarkan kelinci ke tepi.
Meski dapat terbang dengan cepat, naga baru tiba setelah kelinci. Lantaran harus menurunkan hujan terlebih dulu di suatu desa, juga membantu kelinci yang saat itu berpegangan di kayu dengan menghembuskan napas, sehingga kelinci dapat terdorong ke tepi.
BACA JUGA:Jangan Arogan! Minibus Terobos Jalan Cor Basah, Semua Orang Cuek
Kuda tiba setelah naga, tetapi dia terkejut melihat ular yang bersembunyi di tapal kuda tiba-tiba muncul, menjadikannya jatuh dan memberi ular tempat keenam.
Kuda sendiri berada di urutan ketujuh. Setelahnya, kambing, monyet, dan ayam tiba bersama-sama. Ayam menemukan rakit untuk menyeberang.
Sedangkan monyet dan kambing menyeret dan menarik rakitnya, berusaha menyingkirkan semua rumput liar. Kaisar Giok berkenan atas kerja sama mereka.
Kemudian menyatakan kambing sebagai hewan kedelapan, monyet sebagai hewan kesembilan, dan ayam sebagai hewan kesepuluh.