Terlepas dari itu semua, Abdulhak dinilai sukses dimana pun dia berada dan memimpin, sentuhan tangannya selalu memberikan kebaikan dan peningkatan yang luar biasa.
Terbukti, pembukaan pendaftaran bakal calon walikota dan bakal calon wakil walikota dari NasDem laris manis didatangi para kandidat.
Selain Wahdi, ada Tondi, ada dr Redho yang mengambil form bakal calon walikota, dan Qomaru yang mengambil form bakal calon wakil walikota.
Sebelum penutupan nanti, Abdulhak juga akan mengambil form bakal calon wakil walikota dari NasDem.
Jadi seksi lah NasDem ini di mata para kandidat. Tinggal saja, Wahdi mencari partai koalisi, cukup Gerindra atau Demokrat ditarik untuk tiket berlayar Wahdi-Abdulhak.
Dari tiga nama itu, Qomaru masih kalah roh untuk tampil dan harus berjuang keras agar dilirik Wahdi dan tetap dipertahankan untuk menjadi wakilnya.
Karena kepentingan Wahdi juga, harus mengurangi potensi lawan yang memberatkan jika bisa menarik satu dari tiga ketua partai di atas.
Karena Wahdi meyakini, meskipun Qomaru tidak dilirik jadi wakilnya kelak, tidak akan ada perlawanan berarti.
Terakhir, melengkapi analisa saya di atas, sudah beberapa kali muncur flyer keberhasilan Pemkot Metro yang hanya memajang foto Wahdi tanpa berdampingan dengan Qomaru.
Padahal namanya keberhasilan Pemkot Metro, tentu sedikit banyak ada peran Qomaru sebagai wakilnya.
Saya tidak tahu kenapa hanya foto Wahdi yang ditampilkan atas keberhasilan itu.
Tapi sebagai orang luar melihatnya, memasuki tahun politik jelas ada makna-makna tersirat dan tersurat dari pesan-pesan itu.
Kita ambil contoh di Lampung Tengah, foto Bupati dan Wakil Bupati-nya tidak pernah bersama lagi.
Terbukti, pecah periuk mereka dan akan adu tanding dalam pilkada 2024 nanti.
BACA JUGA:Usai ke DPD Partai NasDem, Ketua DPRD Metro Daftar Balon Walikota di DPC PDIP
Bedanya dengan di Metro, kalau Qomaru tidak dipilih jadi wakilnya Wahdi, saya yakin Qomaru tidak akan maju mencalonkan diri.