Tepat pukul 11:39, kami memulai perjalanan pulang ke Bandar Lampung dari Way Beghak.
Kami memasuki jalan raya lintas Barat dan menikmati wilayah Gubung Alif yang dikenal sebagai “Negeri Seribu Surau”.
Disini hampir setiap 100 meter, kita dapat menjumpai suraubatau masjid yang dibuat begitu indah megah. benar lo guys, masjid dan menara-menaranya bagus-bagus banget.
Lewat pukul 12:30, kami mulai memasuki kota Pringsewu, dan kami bersetuju untuk istirahat makan siang dan zuhur di dartah ini.
Dimana lagi guys, kalau bukan di restoran bu Gundil, idolaku. “Mantap di Gundil ya”, ujar Tasya dan Bunda.
Memang ada banyak tempat makan di Kabupaten Pringsewu yang menyajikan berbagai menu, namun tetap Gundil yang nomor satu buat kami.
Menu sayur jengkol dan ayam semurnya itu lo yang bikin kangen.
BACA JUGA:Di Way Beghak: Seduhlah Kopi Mu, Sudahi Sedih Mu
Saya dan istri yang memang suka travel dan wisata kuliner baik lokal maupun internasional. Saya mengenal watung bu Gundil sepertinya sudah lebih dari 10 tahun lalu.
Warung ini pertama kali direkomendasikan oleh sahabat saya dosen Unila, I Komang Winatha. Hingga kini saya sudah makan di sini beberapa kali.
Pernah siang, sore, dan malam hari. Saya juga pernah menulis warung ini beberapa tahun lalu.
RM Bu Gundil berlokasi di jalan nasional yang menghubungkan Kota Bandar Lampung – Pringsewu – Kotaagung – Krui. Dari arah Bandar Lampung dan berada di sisi kanan jalan.
Menu andalan warung Gundil adalah olahan semur ayam kampung, ikan gurame dan sayur jengkol. Terdapat dua jenis sambal, sambal merah dan hijau.
Rasa masakan disini sedikit manis, khas masakan jawa. Karena memasaknya menggunakan kayu bakar, rasa khasnya benar-benar terasa.
Dari Kota Bandar Lampung warung bu Gundil berjarak sekitar 36 kilometer dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam.