Ada Apa Dengan Tondi?

Ada Apa Dengan Tondi?

Foto: Hermansyah Albantani--

Karena kalau sampai lawan kotak kosong, saya agak sedih. Agak ya, bukan sedih banget, karena realitas kondisi dan pemahaman politik masyarakatnya yang masih belum keluar dari zona “sodakoh”. Clear ya poisi saya.

Pokoknya saya cuma pengen menulis dan menganalisa dengan data yang mendekati akurat (tidak mau mendahului takdir).

Setelah mengantongi surat tugas dari Golkar untuk maju dalam pilkada di Kota Metro, sempat tancap gas di awal-awal.

Tapi kemudian Tondi menghilang di akhir. Saya bukan tidak tahu apa penyebabnya, tapi ini ibarat kucing kejebur kolam, pilihannya bergerak atau mati.

Tapi ini bukan tentang kucing. Karena Tondi saya lihat tidak memilih bergerak dan tidak mau mati.

BACA JUGA:Hilangnya rasa keadilan

Secara realitas politik, pilihan politik Tondi sampai hari ini untuk tetap berkarir sebagai anggota DPRD Provinsi Lampung, saya bisa maklum.

Hanya saja, proses pendaftaran ke beberapa partai politik yang dilakukan di awal-awal lalu, menjadi upaya cek ombak saja. Sangat disayangkan.

Tapi tidak ada yang sia-sia, minimal nama Tondi tetap diperhitungkan di Pilkada Kota Metro 2029.

Alih-alih Tondi tidak berani melawan kedigdayaan Wahdi, tapi saya melihat Tondi realistis dan memilih di waktu yang tepat.

Sehingga kartu politiknya tidak mati sia-sia. Karena memang pertaruhan pilkada tahun ini, sangat kejam bagi Tondi.

Salah melangkah, bisa berangkat kita. Apalagi saya lihat, kali ini Wahdi sudah menjadi politisi sejati.

Ya, dengan menjadi kader PDI Perjuangan, ini merupakan langkah politik paling ekstrem yang pernah dilakukannya. 

Sepertinya tiga tahun menjabat walikota, cukup bagi Wahdi untuk menjadi seorang politisi.

Nah, Tondi membaca pergerakan itu sebagai sebuah langkah luar biasa dari seorang Wahdi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: