Membangun Wawasan Kebangsaan di Era Digital: Tantangan dan Peluang Generasi Z di Indonesia

Membangun Wawasan Kebangsaan di Era Digital: Tantangan dan Peluang Generasi Z di Indonesia

Membangun Wawasan Kebangsaan di Era Digital: Tantangan dan Peluang Generasi Z di Indonesia--Dok Radarmetro.disway.id

1. Pengaruh Globalisasi: Globalisasi membuka akses informasi dan budaya dari berbagai belahan dunia. Generasi Z hidup dalam dunia tanpa batas, di mana nilai-nilai budaya luar mudah masuk melalui internet dan media sosial. Di satu sisi, globalisasi memperkaya wawasan dan keterampilan Gen Z. Namun di sisi lain, ada ancaman lunturnya identitas nasional karena budaya asing yang tidak selalu selaras dengan nilai-nilai Pancasila mulai menggeser budaya lokal. Generasi Z berisiko kehilangan rasa bangga terhadap budaya bangsa sendiri jika tidak dibekali dengan pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan yang kuat.

2. Kemajuan Teknologi dan Media Sosial: Sebagai digital native, Generasi Z sangat tergantung pada teknologi. Media sosial menjadi ruang utama mereka berekspresi, mencari informasi, hingga membangun identitas diri. Tapi, ada tantangan besar di balik itu: maraknya penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan polarisasi politik. Media sosial juga menciptakan fenomena echo chamber, di mana Gen Z hanya terpapar pandangan yang memperkuat opini mereka, sehingga mengurangi sikap toleransi terhadap perbedaan. Jika tidak bijak, mereka bisa ikut terjerat dalam penyebaran konten negatif yang melemahkan persatuan bangsa.

3. Krisis Kepercayaan terhdap Pemerintah: Kritik dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah semakin masif di kalangan Gen Z, terutama setelah maraknya kasus korupsi, ketidakadilan sosial, hingga kebijakan publik yang dianggap tidak pro-rakyat. Fenomena ini menimbulkan krisis kepercayaan (trust deficit) yang berpotensi membuat mereka apatis terhadap politik dan kewarganegaraan. Sebagian memilih bersikap apolitis, tidak peduli terhadap Pemilu, atau bahkan menolak terlibat dalam proses demokrasi. Padahal, partisipasi aktif sebagai warga negara adalah kunci untuk membangun pemerintahan yang bersih dan demokratis.

4. Perubahan Nilai dan Kebudayaan: Perubahan sosial yang cepat menyebabkan pergeseran nilai di kalangan Gen Z. Mereka lebih individualis, fokus pada kebebasan berekspresi, dan cenderung mengabaikan nilai-nilai tradisional seperti gotong royong atau musyawarah. Modernisasi memang perlu, tetapi tanpa pegangan nilai Pancasila, mereka rentan kehilangan jati diri bangsa. Hal ini menjadi tantangan besar dalam membentuk karakter warga negara yang bertanggung jawab, toleran, dan cinta tanah air.

5. Ketidakpastian Ekonomi: Krisis global, pandemi, dan revolusi industri 4.0 membuat lapangan kerja semakin kompetitif dan tidak pasti. Gen Z menghadapi tekanan besar untuk bertahan secara ekonomi, mulai dari gig economy, freelance, sampai kewirausahaan digital. Ketidakpastian ini bisa membuat mereka lebih mementingkan kebutuhan pribadi daripada kepentingan kolektif sebagai warga negara. Jika tidak diimbangi dengan pendidikan kewarganegaraan yang baik, mereka bisa kehilangan kesadaran akan pentingnya kontribusi dalam pembangunan bangsa.

6. Tantangan Pendidikan: Meskipun akses pendidikan semakin luas, kualitas pendidikan di Indonesia masih belum merata. Sistem pendidikan yang belum sepenuhnya adaptif terhadap kebutuhan Gen Z seperti pendidikan karakter, literasi digital, hingga pendidikan kewarganegaraan berbasis praktik membuat mereka kurang siap menjadi warga negara yang aktif dan kritis. Tantangan pendidikan bukan hanya soal akses, tapi juga soal relevansi kurikulum dan pendekatan pembelajaran yang harus lebih inovatif.

Generasi Z adalah tulang punggung masa depan bangsa Indonesia. Mereka menghadapi tantangan berat akibat globalisasi, kemajuan teknologi, dan ketidakpastian sosial-ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan komunitas untuk membekali Gen Z dengan pendidikan karakter, wawasan kebangsaan, dan literasi digital. Dengan begitu, mereka bisa menjadi warga negara yang sadar hak dan kewajibannya, serta berperan aktif menjaga persatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Selain itu, adapun peluang generasi Z di Indonesia untuk menunjukkan rasa nasionalisme melalui berbagai bentuk konkret yang mencerminan dinamisme dan adaptasi terhadap perubahan zaman, antara lain:

1. Kreativitas dalam Konten Digital: Generasi Z adalah digital native yang mahir dalam menciptakan dan mengelola konten di media sosial. Ini menjadi peluang besar untuk menyebarkan semangat nasionalisme melalui konten edukasi (Reels, Podcast, TikTok dan lain sebagainya). 

2. Partisipasi dalam Gerakan Nasional: Generasi Z bisa ikut serta dalam berbagai gerakan nasional yang mendukung pembangunan bangsa, seperti: Gerakan Literasi Digital untuk melawan hoaks dan ujaran kebencian. Selain itu, gerakan peduli lingkungan seperti #TrashTag Challenge, penanaman pohon, atau pengelolaan sampah berbasis komunitas. Dampaknya: Membantu menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, peduli lingkungan, dan bersatu dalam tujuan kebangsaan.

3. Pendidikan dan Penelitian: Melakukan riset yang bermanfaat bagi masyarakat, seperti teknologi pertanian, energi terbarukan, atau pengembangan UMKM. Selain itu, mengikuti lomba inovasi nasional/internasional dengan membawa nama Indonesia. Dampaknya: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sekaligus menunjukkan bahwa anak bangsa mampu bersaing di kancah global.

4. Kewirausahaan Sosial: Banyak Generasi Z yang terjun ke dunia sociopreneurship atau kewirausahaan sosial. Membangun bisnis yang memberdayakan masyarakat desa, petani, atau nelayan. Usaha berbasis produk lokal dengan misi sosial, seperti kain tenun, batik, kopi lokal, atau kerajinan tangan. Dampaknya: Mengurangi ketimpangan ekonomi dan sekaligus melestarikan kearifan lokal, yang merupakan wujud kecintaan pada bangsa.

5. Aktivisme Politik: Mengikuti Pemilu sebagai pemilih cerdas, anti golput, dan aktif dalam pengawasan proses demokrasi serta mengadvokasi isu-isu publik yang berkaitan dengan keadilan sosial, HAM, dan kebijakan lingkungan.  Dampaknya: Mendorong pemerintahan yang lebih adil, transparan, dan akuntabel, yang pada akhirnya memperkuat kepercayaan terhadap sistem negara.

6. Pengunaan Produk Lokal: Memilih produk UMKM Indonesia, seperti fashion lokal, makanan tradisional, atau produk digital karya anak bangsa yang akan berdampak meningkatkan perekonomian nasional dan kebanggaan terhadap produksi dalam negeri.

7. Kegiatan Relawan dan Sosial: Mengajar anak-anak di daerah terpencil lewat komunitas pengabdian masyarakat. Relawan di bidang kesehatan, kebencanaan, atau edukasi digital. Dampaknya: Membantu membangun solidaritas sosial dan semangat gotong royong sebagai ciri khas bangsa Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: