RADARMETRO - Fenomena Klitih atau lebih dikenal dengan istilah begal jalanan kembali terjadi di Metro. Kejadian tawuran pemuda bersenjata tajam sebelumnya ramai di Bandarlampung. Kondisi demikian pernah marak di Jogja dan menimbulkan ketakutan banyak orang di malam hari. Anak-anak tanggung yang mencari jati diri mengasah mental dengan melukai orang di jalanan. Malam hari menjadi pilihan karena mereka bisa kabur kapan saja setelah melakukan klitih.
Bagaimana sekolah dan perguruan tinggi menyikapi ini? Bagaimana aparat penegak hukum menyikapi ini? Bagaimana kebijakan pemerintah daerah menyikapi ini? Bagaimana tokoh agama dan rumah ibadah menyikapi ini? Bagaimana masyarakat RT & RW mulai menyisir kenakalan remaja sejak dari lingkungan, Jangan-jangan remaja tanggung pelakunya dari lingkungan sekitar.
BACA JUGA:Mahasiswa IAIN Metro Jadi Korban Pembacokan
Erik Soekamti di Jogja sampai membuat kegiatan Jogja Gelut dimana anak-anak muda di ajak sportif agar adrenalin bertarung berani 1 per satu tanpa senjata, fair di Ring tinju dan menjadi olahraga bagi pemuda. Beberapa kota juga ada pilihan lomba lari liar para kelompok anak muda di jalanan. Selain sehat mereka jadikan lari sebagai ajang kumpul dengan keseruan.
Perlu gotong royong melalui kebijakan ekstrakurikuler pendidikan, ketegasan hukum, pembinaan spritual lingkungan dan anggaran pemerintah mendorong kreativitas komunitas.