“Musok”: Prosesi Pernikahan Adat Lampung

“Musok”: Prosesi Pernikahan Adat Lampung

Foto: Acara “Musok” dr. Hani dan Afif, SH oleh Siti (Nenek) tercinta.-(Admi Syarif)-

Tanggehku di metei kanan kiri;

Jemeh nyak ago jaweh;

Kawai mak di jou lagei;

Sorak eui, sorak eui;

Acara Musok atau suapan dalam Adat Lampung memang sarat akan pesan dan makna yang disampaikan. Kesempatan musok pertama tentunya dilakukan oleh ibunda dari mempelai  pengantin tercinta yang menggambarkan kasih sayang ibu sepanjang massa.

Baru dilanjutkan oleh sanak keluarga tante, paman, kelamo, lebeu dll. Bagi masyarakat Lampung, keluarga sangatlah  penting dan dihormati.

Prosesi dalam tradisi “Musok” diawali oleh pembacaan senandung, berisi nasihat dan filosafi dari makanan yang disajikan untuk kedua mempelai.

Berbagai makanan yang biasanya diberikan terdiri dari nasi, ayam panggang/bakar, Telur Ayam rebus, Air putih (air zam-zam), Kopi pahit dan Kopi manis, serta Gula kelapa. Makanan ini tentu saja masing-masing memiliki makna.

Nasi misalnya,  merupakan makanan pokok sumber energi yang dibutuh oleh semua orang. Dengan demikian diharapkan pengantin akan disukai oleh banyak orang. Ayam memiliki filosafi yang sangat tinggi.

Ia pergi di pagi hari mencari makan dan kembali pulang di malam hari untuk berkumpul bersama keluarga. Diharapkan pengantin (khusunya pengantin pria) adapa mencontoh ayam yang giat mencari nafkah buat keluarga dan kembali malam hari berkumpul bersama

Gula kelapa merupakan misalnya menyiratkan bahwa dalam menempuh kehidupan mahligai rumah tangga, hendaknya memang berpahit-pahit dahulu dan bersenang kemudian. Demikian juga untuk makanan-makanan lainnya.

Gula tentu saja makanan yang sangat disukai oles semua orang. Kenapa Gula kelapa ? Gula kelapa adalah gula yang dihasilkan dari pohon kelapa, yang mulai dari akar hingga daunnya bermanfaat buat manusia.

Pohon kelapa juga merupakan pohon yang menjulang tinggi ke ata. Diharapkan keluarga ini kelak akan sukses dan menjulang tinggi seperti pohon kelapa.

Kopi pahit dan Kopi manis menggambarkan bahwa kehidupan rumah tangga yang akan dijalankan kelak tidak akan selalu manis, Kalau ada kepahitan tetaplah harus ditelan.

Inshaallah semua kepahitan akan dilancarkan dengan air putih (Air Zam Zam).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: