Dilema Masyarakat dalam Konsumsi Produk Rekayasa Genetik

Dilema Masyarakat dalam Konsumsi Produk Rekayasa Genetik

Foto: Ilustrasi --

Apakah kalian tau kacang brazil, peacotum, pluots, dan cucamelon? Atau apakah kalian tau mengenai produk hasil rekayasa genetik? Jika belum, maka kalian wajib membaca ini.

Kacang brazil, peacotum, pluots, dan cucamelon merupakan contoh produk hasil rekayasa genetik.

Namun, apa itu produk hasil rekayasa genetik atau dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah GMO (Genetically Modified Organism)? Produk rekayasa genetik adalah organisme yang gen-gennya telah diubah dengan menggunakan teknik rekayasa genetika.

Dengan kata lain, produk rekayasa genetik dibuat dengan menyisipkan suatu gen dari suatu organisme ke tanaman atau hewan yang menjadi target atau tujuan rekayasa genetik agar mendapatkan suatu produk yang memiliki kandungan gizi lebih tinggi.

Tujuan utama dari GMO ini adalah untuk mengatasi berbagai permasalahan kekurangan pangan yang dihadapi penduduk dunia. 

Dalam perkembangannya, GMO menimbulkan banyak kontroversi di masyarakat global. 

Kelompok pro/ setuju berpendapat bahwa produk rekayasa memiliki banyak keuntungan seperti dapat mengurangi penggunaan pestisida, mengatasi kekurangan pangan, dan menghasilkan makanan dengan kandungan gizi yang lebih tinggi. Kelompok kontra/ menolak pendapat mengenai produk hasil rekayasa genetik.

Mereka berpendapat bahwa produk rekayasa genetik belum terbukti keamanannya baik keamanan untuk kesehatan jika dikonsumsi atau keamanan bagi lingkungan.

Kontroversi mengenai produk hasil rekayasa genetik terjadi di berbagai bidang seperti di bidang pertanian dan lingkungan, bidang kesehatan, serta di bidang agama, budaya dan etika.

BACA JUGA:Pelanggaran Bioetika Pada Hewan Coba

Dalam proses rekayasa genetika, proses transfer gen tidak selalu dilakukan dengan cara memodifikasi suatu gen untuk menghasilkan suatu zat berbeda yang diinginkan. 

Proses transfer gen tersebut mungkin saja mengalami kegagalan seperti pengaktifan gen lain yang tidak seharusnya diaktifkan di dalam suatu sel.

Hal tersebut dapat menimbulkan kegagalan pada suatu produk hasil rekayasa genetik.

Banyak dari para pemerhati lingkungan yang khawatir mengenai tanaman hasil rekayasa genetik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: