Mengungkap Sejarah Lampung Kisah Situs Arkeologi Pugung Raharjo

Mengungkap Sejarah Lampung Kisah Situs Arkeologi Pugung Raharjo

Foto: Mengungkap Sejarah Lampung Kisah Situs Arkeologi Pugung Raharjo-(Fadillah Azzahrah)-

Isinya tentang perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Kesultanan Banten, yang mengatur berbagai macam hal seperti Hukum Laut dan Perdagangan. 

Pada sebelah selatan situs Taman Purbakala Pugung Raharjo ditemukan juga batu nisan berbahan dari batu poros dengan ukuran lebar 23,5 cm dan tinggi 63 cm. 

Berdasarkan temuan-temuan yang ada di situs Pugung Raharjo maka jelaslah bahwa Situs Pugung Raharjo merupakan situs pemukiman, ini dibuktikan dengan ditemukannya benda-benda sebagai sisa-sisa aktivitas di lahan yang tidak jauh dari Situs Batu Mayat. Hal Ini menunjukkan bahwa disana pernah dihuni oleh sekelompok masyarakat dalam waktu cukup lama (Safitri, 2023).

Pada awalnya, kompleks Taman Purbakala Pugung Raharjo ditemukan sejak daerah tersebut dianggap sebagai tempat yang angker oleh masyarakat setempat. 

Setelah ratusan tahun tidak dihuni manusia, daerah ini berubah menjadi kawasan hutan belantara dengan pohon-pohon besar yang tumbuh liar, menciptakan kesan seram. 

Hingga pada tahun 1954, transmigrasi lokal dari daerah Sekampung, Batanghari, dan Metro, sejumlah 78 kepala keluarga, tiba di sana. 

Transmigrasi tersebut melibatkan mantan pejuang 1945 yang tergabung dalam BRN (Biro Rekonstruksi Nasional). 

Saat membuka hutan untuk pemukiman dan ladang pertanian, para warga transmigrasi menemukan susunan batu-batu besar, gundukan tanah berbentuk bujur sangkar, dan sebuah arca batu sehingga mereka menyimpulkan bahwa Kepurbakalaan Pugung Raharjo pernah hidup pada masa megalitikum. 

Situs beserta peninggalan di Taman Purbakala Pugung Raharjo dapat memberikan corak dan warna budaya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum.

Salah satu situs peninggalan di Taman Purbakala Pugung Raharjo adalah batu mayat dan menhir.

Batu Mayat di Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan kompleks batu yang terdiri dari susunan batu tegak dan batu datar yang membentuk struktur persegi panjang mirip kandang. 

Nama "batu mayat" diberikan oleh penduduk setempat berdasarkan pada penemuan batu besar yang menyerupai mayat dan menyerupai kemaluan laki-laki (phallus) dalam posisi roboh. Selain batu mayat, terdapat megalit lain seperti batu tegak dan batu bergores. 

Di bagian tengah batu kandang, terdapat sebuah batu tegak yang memiliki pahatan menyerupai cincin di bagian atasnya dan pahatan melingkar di bagian bawahnya, yang disebut menhir besar berbentuk phallus dengan tinggi 1,64 meter. 

Menhir ini diyakini menjadi pusat peribadatan dan simbol keperkasaan. Di sekitarnya terdapat batu bertuliskan "T" yang melambangkan kesuburan wanita, serta batu datar dan menhir-menhir kecil. 

Batu mayat ini berfungsi sebagai tempat pemujaan yang terkait dengan lambang kesuburan, sesuai dengan kepercayaan pendukung megalit bahwa menhir memiliki kekuatan gaib yang penting dalam menolak bahaya dan membawa kesuburan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: