Dapur Seni Tubaba Sampai ke Palestina

Dapur Seni Tubaba Sampai ke Palestina

Foto: Direktur Tubaba Art Festival, Semi Ikra Anggara, saat memberikan press release terhadap media selasa (30/7/2024)-(Dirman)-

Pulang Ke Dapur Ibu, rangkaian acara ditutup makan malam bersama Nyeruit Jejamo (Bersama).

BACA JUGA:Ketua DPRD Terkejut Hotel Aidia Banderol Tarif Tinggi Untuk Siswa Magang

“Menjadi bagian dari platform Karisma Event Nusantara (KEN), Kemenpaekraf RI, Perhelatan Tubaba Art Festival ke 8 akan diselenggarakan pada 1-3 Agustus 2024 di Kota Budaya Ulluan Nughik dan Las Sengok, Tubaba, terdiri dari karya pameran seni rupa, pertunjukan tari, teater, pertunjukan musik dan berbagai workshop seperti workshop sastra, workshop menganyam (Menenun) tiqew, workshop kuliner, workshop keramik, bazar UMKM dan lainnya,” terangnya.

Lanjut dia, sejak hari pertama, pengunjung bisa menyaksikan pameran seni rupa Palestine Art Care, sebuah pameran sebagai solidaritas bagi masyarakat Palestina. 

Kemudian, pameran seni rupa kitchen, pameran keramik Tanoh Nughik.

Seniman residensi dari Cengdu (China), Sirun Chen berkolaborasi bersama kelompok ibu pengrajin tikew dari Tiyuh Gedung Ratu menciptakan instalasi gigantik di muka venue festival.

“Seremoni pembukaan juga akan dihadiri oleh Pj Bupati Tubaba, Firsada, Pj Gubernur Lampung, dan terakhir Direktorat Event Daerah Kemenparekraf, Reza Pahlevi, juga akan menyampaikan sambutan sekaligus memberikan penghargaan Karisma Event Nusantara (KEN) kepada Kabupaten Tulangbawang Barat,” jelasnya.

Selanjutnya, pada hari kedua akan dipentaskan Site Specific Dance, Performance bertajuk Krakatau, Boom, Homecoming, Cycle Chaos. di Las Sengok, Tiyuh Karta, Tulangbawang Udik, Tubaba.

BACA JUGA:Kadisdik Lamteng Diduga Terima Setoran Proyek, Satu Orang Ditetapkan Tersangka dan Ditahan

“Pertunjukan ini merupakan showcase seniman residen berkolaborasi dengan seniman Indonesia di antaranya. Kelompok Sanggar Pakem (Indonesia), Jhon Heryanto (Indonesia), Kitamari (Jepang), Wendi Wu  (China), Tassakorn Seepuan (Thailand), Kurt D.Petterson (Amerika Serikat)  Isvhara Devati (Indonesia), Edhitya Rio ( Indonesia), Lawe Samagaha (Indonesia) dan Widiasari (Indonesia),” paparnya.

Dikuratori Taufik Darwis, pertunjukan ini merespon fenomena generatif Krakatau sebagai satu simbol yang merepresentasikan hubungan Lampung dengan Dunia.

Tidak sekadar dipahami sebatas lokasi, melampaui itu, krakatau adalah spirit yang terus tumbuh.

Fenomena generatif krakatau adalah metafor yang tepat pada diri setiap subjek pelaku penciptaan pun sebagai metafor kerja kebudayaan, kediaman, gejolak, ledakan, kehancuran, lalu tumbuh menjadi bentuk yang baru secara terus menerus.

Pada hari terakhir, kata Semi, akan digelar workshop publik, diantaranya workshop penulisan puisi bersama Nisa Rengganis (Cirebon), workshop menganyam Tikew bersama ibu-ibu pengrajin Tikew dari Tiyuh Gedung Ratu dan workshop keramik bersama Baskoro Wicaksono (Metro), sementara Lampung Literature menggelar Brew Puisi dan mengajak setiap orang membacakan puisi hasil tulisannya sendiri. 

BACA JUGA:Tekan Penumpukan Sampah, Pemkot Metro Gencarkan Program GELIAT

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: