Wahdi vs Kotak Kosong
Foto: Hermansyah Albantani (Pimpinan Redaksi Radar Metro)--
Analisisnya, tidak mungkin partai akan begitu saja melepaskan posisi wakilnya Wahdi, untuk Qomaru yang dalam tanda kutip, tidak merepresentasikan partai manapun (meskipun sempat di PKS, saya tidak tahu apakah masih di PKS atau tidak saat ini, karena saya mau ajak ngobrol aja tidak pernah ada waktu, suibuk sekali sepertinya beliau ini).
BACA JUGA:Ada Apa Dengan Tondi?
Setelah kita keluarkan Qomaru dari kotak, dan kita masukan ketua-ketua partai, maka munculah nama-nama Anna, Husaini, dan Abdulhak.
Karena ketua partai pasti kader terbaik di daerah itu, jadi sesuatu yang logis untuk dimajukan.
Meskipun saya pun tahu, Wahdi beberapa kali menggoda Tondi untuk menjadi wakilnya.
Dan saya juga tahu opsi orang kedua, jika Tondi menolak menjadi wakilnya.
Hitungan saya kenapa Tondi? Karena Wahdi gagal mengamankan tiket Golkar.
Manuver Wahdi tidak berhasil untuk mengamankan Golkar.
Salah satu cara agar Golkar ke Wahdi, adalah dengan menggandeng Tondi.
Seiring berjalannya waktu, deadlock alias tidak ada titik temu antara Wahdi dan Tondi (saya tahu alasannya, tapi saya tidak share di sini ya, hehe).
Mulai lah bermunculan nama-nama yang ingin menjadi wakilnya Wahdi (dan saya tahu deal-dealan apa yang ada di antara mereka, tapi biarlah itulah politik).
Beraneka tokoh bolak-balik ke rumah dinas, ke rumah pribadi Wahdi, pertemuan sana pertemuan sini tapi semua deadlock.
Akhirnya tibalah waktu itu (memang kalau jadi pemimpin itu sudah garisan tangan, dipaksa gimana juga tetap susah kalau belum waktunya).
Sebenarnya Wahdi tidak berekspektasi akan melawan kotak kosong.
Saya memahami itu, karena Wahdi sebenarnya kaget juga kok bisa jadi lawan kotak kosong.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: