Juadah Lapis Legit: Cerita Romantis Lebaran di Lampung

Ulun Lampung dan Kue Lebaran--Dok Radarmetro.disway.id
oleh: Prof. Admi Syarif, PhD (Glr. Radjo Mergo)
Guru besar Unila dan tukang tulis
RADARMETRO.DISWAY.ID -- Saat lebaran datang, ada satu momen yang selalu membuat hatiku berdebar—bukan karena kebahagiaan berlebih, melainkan karena kehangatan yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Momen itu adalah ketika aku duduk bersama keluarga di meja makan, di tengah tawa dan cerita yang mewarnai suasana, sambil menikmati lapisan legit yang baru saja disiapkan ibu. Setiap potongan legit yang aku ambil seakan membawa aku ke dalam kenangan indah masa kecil, dimana setiap lapisan kue ini terasa seperti lapisan-lapisan kenangan yang membangun kebahagiaan di hati.
Aku selalu ingat bagaimana papah, dengan senyum lembutnya, menyodorkan potongan legit kepada mamah, lalu kepada kami, anak-anaknya. Pandangan mata mereka penuh kasih, seakan berkata, “Lebaran ini bukan hanya tentang makanan, tapi tentang kasih sayang yang kita bagikan.” Setiap gigitan legit yang kami nikmati, seolah menyatu dengan alunan takbir yang menggema di sekeliling kami. Satu momen yang begitu romantis, namun penuh kesederhanaan—kesederhanaan yang penuh kasih sayang di tengah secangkir teh hangat, dan kue legit yang menambah manisnya kebersamaan kami. “_Kasih sayany selalu saja selangkah lebih panjang usianya dari Cinta,” kenangku dalam hati.
Ada sesuatu yang sangat spesial di balik kelezatan legit ini. Bukan hanya tentang rasa manis yang memenuhi mulut, tetapi tentang kenangan yang tak pernah pudar, tentang masa kecil yang selalu terpatri dalam ingatan. Saat setiap lapisan legit dipanggang dengan penuh kesabaran, aku merasa seperti waktu itu melambat, memberikan kesempatan untuk mengenang kebersamaan dengan orang-orang terkasih.
Setiap kali aku menyantap legit, aku mengingat kembali bagaimana papah dan mamah akan duduk bersama, berbagi cerita tentang masa lalu, tentang harapan yang mereka sematkan untuk kami. Itu adalah saat-saat indah yang tak tergantikan, dan setiap potongan legit adalah perwujudan dari rasa saya g mereka yang tak pernah pudar.
Mungkin, di luar sana banyak kue yang lebih mewah atau lebih modern, tetapi tidak ada yang bisa menandingi keistimewaan legit, terutama legib buatan ibinda tercinta, karena ia lebih dari sekadar kue. Legit adalah simbol kebersamaan, simbol cinta keluarga, dan simbol bahwa dalam kesederhanaan ada kebahagiaan yang tak terhingga.
Diperlukan kuning telur hingga 40 butir atau lebih untuk membuat satu loyang legit, tergantung ukuran loyang. Loyang yang dipakai umumnya loyang berbentuk segi empat berukuran 18 atau 20 cm. Rasanya yang manis, lembut saat digigit dan baunya yang harum menjadikannya "Incredibly Delicious". Namun demikian, bagi saudaraku dengan kadar gula tinggi saya anjurkan untuk mencicipi sedikit.
Proses pembuatan legit membutuhkan kesabaran dan ketelitian luar biasa. Setiap lapisan harus dipanggang dengan penuh perasaan sabar dan kehati-hatian.
Pembuatan legit juga membutuhkan waktu yang sangat lama. Pada jaman dulu oven yang dipakai adalah oven areng. Kini tentu saja ovennya bisa oven gas maupun oven listrik. Setiap lapisan ditekan-tekan dengan sendok atau gelas agar bentuknya bagus.
Untuk pembuatan legit, beberapa bahan yang biasa digunakan afalah telur ayam (25 - 40 butir), gula pasir, mentega (biasanya dicampur dengan wisjman), susu kental manis, vanili dan tepung terigu.
Dengan semua keistimewaannya ini, tidak heran jika kue ini harganya "Mehong". Harga satu loyang kue ini berkisar 400rb hingga 1jt rupiah.
Bagaimana gaes ? Jangan lupa untuk mencicipi kue yang istimewa ini!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: