RADARMETRO - Sektor pariwisata di Provinsi Lampung terus berubah seiring berjalannya waktu dari tahun ke tahun.
Tahun 1980, pariwisata atau wisata identik dengan kunjungan massal ke suatu tempat. Kini, 2023 adalah pariwisata berkelanjutan.
Kita mulai tahun 1980-an, di mana ara wisatawan berbondong-bondong pergi ke satu destinasi wisata dan bergerak sangat cepat sekali, secara global atau wisata massal.
Di tahun 1990-an, wisata yang bergerak adalah wisata budaya, di mana peningkatan terhadap wisata budaya dan penjelajahan destinasi yang lebih baik, unik, dan otentik contohnya adalah wisata extreme.
Wisatawan mulai mencari pengalamannya atau experience seperti selancar, panjat tebing atau tracking.
Di tahun 2000-an, wisata bergerak menjadi wisata berkelanjutan. Kesadaran wisatawan akan perlindungan lingkungan menjadi hal yang penting.
Pariwisata berkelanjutan mulai pada penekanan konservasi alam dan budaya.
BACA JUGA:Bu Gundil: Cita Rasa Semur Ayam dan Jengkol Tradisional
Kemudian bermunculan juga wisata kuliner, di mana wisata ini mempunyai minat kuat terhadap eksplorasi kuliner baik itu makanan lokal maupun internasional yang sebagai bagian dari wisata pengalaman atau tourism experience.
Di tahun 2010-an minat wisata sudah bergerak menjadi wisata digital. Perkembangan tekhnologi digital sangat mempengaruhi cara wisatawan mempersiapkan atau merencanakan perjalananya.
Sepertinya mereka sudah bergerak sendiri menggunakan aplikasi, media sosial, dan juga sudah mulai melihat review-review atau ulasan ulasan.
Di tahun 2010-an juga wisata petualangan sudah menjadi trend. Minat pada wisata petualangan luar ruangan menjadi tantangan yang terus meningkat termasuk wisata hiking, diving, snorkeling atau olahraga olahraga extrem lainya.
Barulah pada tahun 2020 sampai
2023, wisata berkelanjutan adalah sebuah kebutuhan untuk menjaga lingkungan dan budaya.
Wisatawan dewasa ini harus memiliki dampak yang positif terhadap tempat yang dikunjungi, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, maupun lingkungan.