Dan koalisi kedua partai tersebut sudah cukup untuk menjadikan sepasang kandidat dalam perhelatan pilkada di Kota Metro.
Kalaupun toh pada akhirnya pasangan tersebut tidak didukung oleh koalisi partai yang ada, rasanya memilih jalur independent untuk melanjutkan jilid 2 di dalam pemerintahan adalah pilihan yang masih sangat rasional.
Tentu kita masih sangat ingat bagaimana Alm Satono di Lampung Timur maju bertarung kembali di pilkada Lampung Timur sebagai incumbent maju dari jalur independen, tetapi tetap didukung oleh partai politik dan berhasil memenangkan pilkada waktu itu.
Bukan tidak mustahil ketika tidak terjadi ”deal” di antara partai politik yang ada, pasangan Wahdi-Qomaru tetap maju dari jalur independent tetapi didukung oleh partai politik yang ada di Kota Metro.
Dan Wahdi-Qomaru telah memiliki pengalaman di periode sebelumnya ketika maju dari jalur independent.
4.Pasangan Wahdi-Qomaru memiliki kesiapan “logistik” atau sumberdaya yang cukup
kesiapan Pilkada 2024 mendatang tergolong singkat.
Hanya kurang dari delapan bulan perhelatan akbar itu digelar. Dengan baru selesai digelarnya pemilu dan pilpres, tentunya ini menyedot energi dan sumberdaya yang besar di antara parpol-parpol yang ada, atau kandidat yang akan bertarung di Pilkada 2024 mendatang.
Sudah sangat mahfum bagi masyarakat kita jika pilkada itu akan menghabiskan sumberdaya yang besar, apakah berupa uang atau sumberdaya manusia.
Kalau logistik berupa uang tentu kita dapat mereka reka berapa ongkos yang harus dikeluarkan bagi pasangan yang ingin bertarung dan memiliki obsesi untuk menang.
Apalagi di Kota Metro yang terkenal “keganasannya”. Belasan atau puluhan miliar harus disiapkan oleh sepasang kandidat untuk ikut berkontestasi dan ingin menang.
Belum lagi sumberdaya manusia berupa jejaring di akar rumput yang menjadi salah satu faktor penentu kemenangan.
Pasangan Wahdi-Qomaru ini, walaupun penulis tidak mengetahui isi dompet mereka, tetapi analisa penulis, pasangan ini relatif lebih siap baik secara finansial maupun jaringan di akar rumput.
Belum lagi status mereka sebagai incumbent yang “ dapat” mengelola anggaran daerah untuk melakukan pencitraan di tengah-tengah masyarakat di sisa waktu yang ada.
Sebagai contoh misalnya, jika penulis tidak salah membaca dan mendengar ada 144 miliar anggaran Pemerintah Kota Metro yang akan digelontorkan untuk pembenahan sektor fisik atau pembangunan di Kota Metro di tahun 2024 ini.
Tentu anggaran tersebut masih tergolong kecil, tetapi modal sosial atau efek yang dapat dibangun untuk memunculkan persepsi positif di tengah-tengah masyarakat dapat diambil dari kebijakan pembangunan yang ada di sisa waktu ini.