Padahal kursi di DPR RI, Golkar merupakan pemenang kedua, alias di atas Gerindra yang hanya di posisi ketiga.
Salah satu tanda-tandanya adalah terpilihnya kader Gerindra di Provinsi Jawa Barat yang padahal seharusnya mutlak milik Golkar dengan Ridwan Kamil-nya.
BACA JUGA:Kotak Kosong Rampas Hak Rakyat
Tapi Golkar kalah berunding, maka muncul lah kader Gerindra sebagai bakal calon gubernur yang langsung dikuatkan dengan KIM.
Memang Golkar dapat posisi di DKI Jakarta, tapi kita sama-sama tahu, DKI Jakarta merupakan zona netral, atau tidak ada yang sangat dominan di Jakarta.
Kekuasaan di DKI Jakarta dibagi merata oleh PDI Perjuangan, kalau pun ada irisan itu PKS, Golkar, NasDem, PKB, baru Gerindra.
--
Intinya bukan basis utama Gerindra. Jadi bukan hadiah dari Gerindra untuk Golkar.
Makin ke pinggir, yakni Banten lebih ekstrem lagi. Saya kenal baik (kalau tidak mau dibilang sangat dekat dengan keluarga Ratu Atut).
Banten merupakan basis suara Golkar sejak lama, dan dipastikan trah keluarga Ratu Atut masih sangat kuat bercokol di sana, harga mati harus diusung Golkar.
Ketika Golkar mengeluarkan nama Airin Rachmi Diany (adik ipar Ratu Atut), ternyata justru Gerindra dan KIM lainnya mengeluarkan nama kadernya Andra Soni untuk menantang Airin. Andra Soni merupakan Ketua DPD Gerindra Banten.
Ini jelas kegagalan Airlangga dalam mengkomunikasikan kadernya ke KIM agar disepakati.
Lebih ekstrem lagi di Sumatera Utara, lagi-lagi kader Gerindra (terlepas dia anak mantunya Jokowi ya) yang diusung untuk maju yakni Bobby, bahkan jagoan Golkar tidak bisa bertarung yang lagi-lagi menurut saya kegagalan Golkar dalam mengkomunikasikannya dengan teman-teman KIM.
BACA JUGA:Wahdi vs Kotak Kosong
Yang terakhir adalah Lampung. Ya, Lampung hampir dipastikan berangkat pula Golkar itu padahal petahananya adalah kader Golkar yakni Arinal Djunaidi.
Airlangga dan kawan-kawan tampaknya kalah negosiasi dengan Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco yang memang terlihat power full perannya dalam pilkada kali ini.