Jenis & Manfaat Kafein Pada Biji Kopi Sebagai Konsumsi Harian Remaja Gen Z

Kamis 19-06-2025,12:19 WIB
Reporter : APL-01
Editor : APL-01

RADARMETRO.DISWAY.ID -- Saat ini kopi bukan lagi sekadar minuman pahit yang dinikmati orang tua saat pagi hari. Di zaman sekarang, terutama di kalangan remaja Gen Z, kopi berubah menjadi simbol gaya hidup.

Dari kopi literan yang dijual secara daring hingga coffee shop kekinian, konsumsi kopi mengalami kenaikan yang signifikan. Berdasarkan data International Coffee Organization (2023), konsumsi kopi di Indonesia tumbuh hingga 4,5% per tahun, sebagian besar didominasi oleh anak remaja yang masih dalam usia produktif. 

Bahkan menurut survei Jakpat (2022), sebanyak 47% responden berusia 15–24 tahun mengaku rutin mengonsumsi kopi, setidaknya 3–4 kali dalam seminggu. Di balik popularitas mengonsumsi kopi, terdapat satu aspek penting yang memicu efek menyegarkan dari kopi itu sendiri, yaitu kafein.

Kafein merupakan senyawa alkaloid yang secara alami ditemukan dalam biji kopi, teh, kakao, dan guarana. Dalam secangkir minuman kopi, terdapat kandungan kafein yang berkisar antara 40 mg hingga 120 mg, tergantung pada jenis dan metode penyeduhannya. 

Ada dua jenis biji kopi yang paling sering dikonsumsi, yaitu Coffea arabica dan Coffea robusta. Arabika memiliki rasa yang lebih ringan dan kandungan kafein lebih rendah sekitar 1,2%, sementara robusta mengandung kafein lebih tinggi sekitar 2,2% dengan rasa yang lebih pahit dan kuat. Perbedaan kadar kafein ini memengaruhi pilihan konsumen, terutama mereka yang sensitif terhadap kafein.

Secara ilmiah, kafein bekerja sebagai stimulan sistem saraf pusat. Ia menghambat kerja adenosin, senyawa yang menyebabkan rasa kantuk. Dampaknya, tubuh menjadi lebih siaga, konsentrasi meningkat, dan rasa lelah menurun.

Di dunia medis, efek kafein dimanfaatkan untuk peningkatan fungsi mental jangka pendek. Karena itulah banyak remaja sekarang menjadikan kopi sebagai teman setia, terutama saat mengerjakan tugas, begadang, belajar, atau hanya sekadar menjaga semangat dalam rutinitas harian. Dalam dosis yang tepat, kafein memang terbukti memiliki manfaat nyata dalam mendukung stamina dan performa kognitif.

Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, merupakan generasi yang tumbuh dalam era digital yang serba cepat. Tuntutan kecepatan informasi, multitasking, dan kebutuhan produktivitas membuat mereka mencari cara agar tetap fokus dan bertenaga. Minuman kopi menjadi pilihan populer, tidak hanya karena rasanya, tetapi juga karena efeknya yang mendukung produktivitas.

Menariknya, banyak Gen Z mulai mengonsumsi kopi sejak usia SMP atau SMA, dengan alasan “agar tidak ngantuk saat belajar.” Fenomena ini menandakan perubahan pola konsumsi, yang semestinya disertai pemahaman lebih baik tentang kandungan zat di dalamnya.

Jika dikonsumsi dalam batas wajar, kafein memberikan manfaat yang cukup banyak. Penelitian Harvard T.H. Chan School of Public Health (2020) menunjukkan bahwa konsumsi kafein 200–400 mg per hari, setara dengan 2–4 cangkir kopi, dapat memperbaiki suasana hati, meningkatkan kewaspadaan, bahkan mengurangi risiko depresi ringan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mencatat bahwa kafein dalam jumlah moderat aman dikonsumsi oleh orang sehat. Di sisi lain, American Academy of Pediatrics (2021) menyarankan agar anak-anak dan remaja membatasi konsumsi kafein tidak lebih dari 100 mg per hari karena sistem metabolisme mereka yang belum stabil.

Jenis kopi pun sangat beragam serta memengaruhi kadar kafein yang dikonsumsi. Produk kopi modern seperti dalgona coffee, kopi susu gula aren, hingga cold brew literan kini menjadi bagian dari rutinitas Gen Z. Sayangnya, masih banyak yang belum menyadari bahwa beberapa dari minuman ini memiliki kandungan kafein tinggi, bahkan dapat melebihi batas aman jika dikonsumsi harian dalam lebih dari satu porsi.

Tidak hanya dalam kopi, kafein juga banyak terdapat dalam makanan dan minuman lain, seperti cokelat, minuman energi, hingga suplemen kebugaran. Ini berarti remaja bisa saja mengonsumsi kafein lebih banyak tanpa disadari. 

Misalnya, satu botol minuman berenergi bisa mengandung lebih dari 150 mg kafein jumlah yang sudah melampaui batas aman harian bagi remaja. Akumulasi konsumsi ini bisa berdampak buruk, terutama jika tidak disertai kontrol diri dan pemahaman gizi yang cukup.

Secara psikologis, kafein membantu memperbaiki suasana hati dalam jangka pendek. Tak heran banyak remaja merasa lebih happy dan produktif setelah minum kopi. Namun, ketika kopi dijadikan pelarian stres, tekanan akademik, atau masalah emosional, konsumsi bisa berubah menjadi maladaptif.

Kategori :