Milenial, Tantangan Dakwah di Kala Pesatnya Media Sosial
Foto: Ilustrasi pendakwah.-(Istimewa)-
RADARMETRO - Menyikapi kaum milenial menjadi tantangan tersendiri bagi para pendakwah di kala gempuran pesatnya perkembangan media sosial.
Generasi milenial pada umumnya menyadari bahwa segala sesuatu bisa dilakukan dengan sangat cepat, sederhana, dan yang mengejutkan praktis gratis.
Menjadi cerdik bukan lagi sesuatu yang merepotkan. Menjadi brilian dan progresif hanya membutuhkan keinginan.
Sebagian besar datanya boleh dibaca dengan teliti, buku-buku tersebar, dan tidak sulit untuk mendapatkannya.
Inilah usia milenial, usia yang sebenarnya tidak perlu keluar rumah untuk menjadi pintar.
Kecerdasan hendaknya dapat dilakukan ketika bekerja, makan, jalan-jalan, atau mengunjungi teman.
Usia ini digambarkan dengan korespondensi terbuka, klien hiburan virtual terkemuka.
Kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh perubahan peristiwa yang inovatif dan lebih terbuka terhadap perspektif politik.
Oleh karena itu, mereka nampaknya sangat reseptif terhadap perubahan ekologi yang terjadi di sekitar mereka.
Era milenial bergantung pada inovasi dan pemanfaatan workstation, iPad, telepon seluler, televisi, dan lain sebagainya.
Secara konsisten, menjadikan hiburan online sebagai bagian penting dari asosiasi sosial.
BACA JUGA:Malam Tahun Baru 2024, Jalur Alternatif di Kota Metro Macet Parah
Mereka menghabiskan lebih banyak energi dalam sehari dengan gadget inovasi terkomputerisasi dan aplikasi lain dibandingkan dengan teman atau kerabat.
Inilah yang digunakan beberapa jaringan atau perkumpulan untuk menyebarkan dakwah melalui jejaring media sosial, seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, dan Instagram.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: