Capit Urang, Jadi Destinasi Wisata dan Usaha Ketahanan Pangan

Capit Urang, Jadi Destinasi Wisata dan Usaha Ketahanan Pangan

Foto : Ketua KJA Randela, Antonius Supriyanto (40) dan Penggagas KJA Dam Raman, Robani (50) saat memberi makan ikan dalam keramba apung.-(Devi)-

"Dulu saya merantau di danau Ranau, di sana banyak sekali keramba jaring apung dan saya terinspirasi dari sana sehingga saya membuatnya Capit Urang ini karena memang di sini dulu belum ada," ungkapnya.

BACA JUGA:Puluhan Hektare Sawah di Yosodadi Gagal Tanam

"Dulu di sini masih lahan kosong sehingga saya punya inisiatif dari ilmu yang saya miliki saat di danau Ranau. Untuk ekosistem di Capit Urang ini masih bagus, semua masih normal dan masih alami," sambungnya.

Pria yang merupakan warga Jalan Walet, RT 23 RW 04 Kelurahan Purwosari, Kecamatan Metro Utara itu menjelaskan bahwa dirinya mengalami hambatan permodalan saat pertama membangun KJA.

"Pada saat saya membuka keramba apung ini hambatan yang saya temui adalah di permodalan, karena modal awal itu cukup besar. Satu keramba itu bisa di angka Rp 5 Juta sampai Rp 10 Juta," ujarnya.

Robani yang juga merupakan seorang petani tersebut mengaku budidaya dengan sistem KJA di Capit Urang menjanjikan peningkatan ekonomi. Hal itu karena hasil panennya lebih cepat dan besar.

"Budidaya ini sangat menjanjikan, Saya dulu pernah panen ikan mas satu keramba ukuran 12 kali 12 meter itu mencapai 3 ton. Kalau soal hambatan bisa dikatakan di sini itu minim, hanya biasanya terkait dengan naik turunnya air saja," paparnya.

"Kelebihan hasil dari budidaya di sini yang pertama itu rasa ikannya itu lebih enak Karena airnya itu mengalir, karena kalau di kolam biasa itu kan kita seminggu sekali minimal baru ganti air. Yang kedua itu lebih cepat panen, kalau ikan nila di kolam biasa itu sampai dengan 7 bulan baru panen kalau di sini 5 sampai 6 bulan sudah panen," tambahnya.

Tak hanya itu, dirinya juga membeberkan peran Pemerintah Kota (Pemkot) Metro yang telah maksimal dalam mendampingi para pembudidaya.

"Alhamdulillah di kelompok kita masih ada kepedulian dari pemerintah, pernah Dapat bantuan bibit dan pakan. Tapi tidak semua kelompok mendapatkan itu," bebernya.

"Kemarin juga dari dinas datang ke sini untuk mensosialisasikan kepada kita supaya untuk tidak menjual ikan pada saat murah. Kami selalu berkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam hal ini DKP3. Intinya pendampingan dari pemerintah tetap ada tapi tidak semua dapat itu," tandasnya.

BACA JUGA:Taman Kehati Masih Jadi Primadona Tempat Wisata Satu-satunya Di Mesuji

Diketahui, kawasan Dam Way Raman yang dahulunya menyeramkan dengan latar belakang kelam tindak kejahatan serta berbagai mitos horor yang menyelimutinya, kini dimanfaatkan warga untuk meningkatkan taraf ekonomi lewat budidaya ikan dalam keramba

Tak hanya menjadi sumber pengairan dan pertanian kawasan itu juga menjadi tempat pariwisata. Sesuai namanya, Dam yang dahulu ditakuti, kini dicari-cari. Kawasan Dam Raman memiliki sejarah nama penggabungan tiga bahasa, dari bahasa Belanda, Lampung dan Hindi itu memiliki arti Bendungan Air yang Indah.

Keindahan dan manfaatnya pun kini dapat dinikmati oleh warga dari tiga wilayah otonomi daerah. Kota Metro, Lampung Tengah dan Lampung Timur, semua mendapat hak yang sama untuk merawat dan memanfaatkan Dam Raman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: