Kualitas fisik air, dapat diidentifikasi melalui indikator seperti bau, rasa, kekeruhan, suhu, warna, dan jumlah zat padat yang terlarut, secara langsung dapat memicu kandungan bakteriologis dan bahan kimia dalam air.
Kejadian ini dapat disebabkan oleh kontaminasi bahan bahan kimia dengan organisme tertentu, terutama jika konsentrasi bahan tersebut dalam dosis yang tinggi, maka dapat menyebabkan diare (Rau & Novita, 2021).
Diare dapat disebabkan oleh sistem pengolahan air bersih yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti mandi, cuci, ke toilet, dan untuk konsumsi. Sistem pengolahan air bersih harus memenuhi persyaratan agar air tidak terkontaminasi.
Sarana air bersih yang memenuhi persyaratan adalah sumber air terlindungi seperti PDAM, sumur pompa, sumur gali, dan mata air yang terlindungi.
Diare dapat terjadi ketika mengonsumsi air minum yang sudah tercemar, baik itu tercemar dari sumbernya, tercemar karena perjalanan sampai ke rumah-rumah, ataupun tercemar pada saat disimpan di rumah.
Pencemaran di rumah terjadi apabila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
Wilayah yang mempunyai persediaan air bersih yang benar mempunyai risiko lebih rendah terkena diare dibandingkan wilayah yang tidak mempunyai persediaan air bersih.
Hal ini disebabkan karena masyarakat di wilayah yang akses air bersihnya terbatas, pengetahuannya mengenai standar sumber air bersih masih minim.
Resiko serangan diare dapat dikurangi dengan menggunakan air bersih dan menjaganya agar bebas kontaminasi dari sumber hingga tempat penyimpanan rumah tangga.
Faktor-faktor risiko terjadinya diare yaitu bayi berusia kurang atau berat badan lahir rendah (bayi atau anak dengan malnutrisi, anak- anak dengan gangguan imunitas), riwayat infeksi saluran nafas, ibu berusia muda dengan pengalaman yang terbatas dalam merawat bayi, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu mengenai higienis, kesehatan dan gizi, baik menyangkut ibu sendiri ataupun bayi, pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam pemberian ASI serta makanan pendamping ASI (Romeo, Landi, & Boimau, 2021).
Biasanya orang tua yang memiliki sedikit pengetahuan tentang diare cenderung sulit melindungi bayinya dari diare. Kurangnya pengetahuan ini mengakibatkan masyarakat mempunyai pandangan berbeda terhadap penyakit diare.
Pengetahuan tentang diare pada anak, pencegahan dan pengendaliannya masih sedikit. Kebersihan diri atau personal higiene merupakan upaya individu untuk menjaga kebersihan dan kesehatan diri guna mencapai kesejahteraan fisik dan psikis.
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa, meskipun sarana air yang dimiliki masyarakat masuk dalam kategori sarana air bersih terlindungi, namun apabila tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan maka sarana air tersebut berpeluang untuk menyebabkan kejadian diare.
Dan jika dilihat secara langsung, sebagian masyarakat mempunyai kebiasaan tidak mengolah air dengan baik (tidak merebus air). Masyarakat mempunyai kebiasaan untuk tidak merebus air yang diminumnya karena mereka yakin air yang didapat dari sumbernya aman untuk langsung digunakan.
Pada umumnya individu bisa menjadi sehat atau sakit tergantung pada kebiasaan dan tindakannya.
Kebiasaan yang tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit, sedangkan kebiasaan yang sehat dapat membantu mencegah penyakit. Kebiasaan tidak mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar bisa berdampak buruk bagi anak kecil, terutama saat hendak makan.