Dosen UM Metro Raih Hibah Riset Dana Indonesiana untuk Penyelamatan Tradisi Lisan Pesisir Lampung

Dosen UM Metro Raih Hibah Riset Dana Indonesiana untuk Penyelamatan Tradisi Lisan Pesisir Lampung

Dosen UM Metro Raih Hibah Riset Dana Indonesiana untuk Penyelamatan Tradisi Lisan Pesisir Lampung--Ist

METRO, RADARMETRO.DISWAY.IDKian Amboro, M.Pd. salah satu dosen dari Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro, berhasil lolos seleksi Hibah Riset Dana Indonesiana Tahun 2025.

Prestasinya ini diumumkan secara resmi oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui surat pengumuman bernomor 2351/A1/Dana Indonesiana/2025 pada tanggal 28 Agustus 2025.

Proses seleksi dimulai sejak bulan Juli 2025 lalu, diantaranya dengan mengunggah proposal, melengkapi dokumen kelengkapan seperti portofolio kegiatan di Bidang Kebudayaan beberapa tahun terakhir, termasuk rekomendasi kelayakan usulan riset dari berbagai pihak yang membidangi Kebudayaan baik di instansi Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi, Lembaga Riset, hingga Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII.

Kian Amboro yang merupakan Pegiat Sejarah dan juga Anggota Tim Ahli Cagar Budaya ini, lolos pada skema Pengusul Perorangan kategori usulan Dokumentasi Karya/Pengetahuan atau Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) Rawan Punah.

Riset yang diajukannya berjudul “Eksplorasi, Inventarisasi, dan Dokumentasi Pengetahuan Katastropik Purba dalam Tradisi Lisan Masyarakat Pesisir Lampung untuk Penguatan Kesadaran Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal.”

BACA JUGA:Mahasiswa PAI UM Metro Lakukan Pengabdian di Pulau Rinca, Labuan Bajo NTT

Menyelamatkan Memori Kolektif Etnomitigasi Bencana dari Ancaman Kepunahan

Riset ini berangkat dari fakta bahwa Indonesia sebagai negara yang berada di jalur cincin api Pasifik, sangat rentan terhadap berbagai bencana alam.

Sepanjang sejarah, masyarakatnya telah mengembangkan strategi adaptasi yang diwariskan secara turun-temurun melalui tradisi lisan dan kearifan lokal. Namun, pengetahuan berharga ini terancam punah akibat modernisasi dan masih minimnya upaya dokumentasi.

Masyarakat di kawasan Pesisir Lampung, memiliki memori pahit terkait bencana geologis, seperti tsunami vulkanik akibat letusan Gunung Krakatau 1883 dan tsunami vulkanik akibat letusan Anak Gunung Krakatau 2018, hingga ancaman tsunami tektonik megathrust yang kini membayangi bagai bom waktu.

Generasi muda Lampung kini semakin jauh dari akar tradisi lisan, dan para penutur asli (pemegang pengetahuan) kian berkurang. Padahal, kearifan lokal ini memiliki potensi besar untuk memperkuat kesadaran mitigasi bencana yang berbasis komunitas.


--

BACA JUGA:Mahasiswa UM Metro Raih Silver Medal Bidang Pendidikan di Pekan Essay Nasional 2025

Kearifan lokal dapat menjadi salah satu mitigasi non-struktural (etnomitigasi) yang dilakukan dalam upaya pengurangan risiko bencana. Di balik kerentanan kondisi tersebut, tersimpan kekayaan pengetahuan yang disamarkan dalam legenda, mitos, cerita rakyat, bahkan ritual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: