Dampak Perubahan Iklim Terhadap Habitat dan Kelangsungan Hidup Komodo

--
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan jumlah populasi komodo dalam rentang tahun 2015-2019 mengalami fluktuasi (Putri dkk., 2021).
Populasi mereka semakin terancam akibat perambahan habitat alami, perubahan iklim, dan berkurangnya populasi mangsa alami.
Komodo merupakan kadal terbesar yang endemik di lima pulau di tenggara Indonesia, kelima pulau tersebut antara lain Pulau Komodo, Rinca, Nusa Kode dan Gili Motang. Pulau kelima terletak di Flores yang terdiri dari tiga cagar alam, yakni Wae Wuul, Wolo Tado, dan Riung, masing-masing menampung populasi komodo yang masih ada di pantai barat dan utara.
Kelima pulau tersebut merupakan bagian dari Taman Nasional Komodo (Kristyono dan Poerbantanoe, 2022).
Taman Nasional Komodo (TN Komodo), yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia, adalah satu-satunya tempat hidup spesies purba komodo.
Penetapannya sebagai taman nasional bertujuan untuk melindungi spesies komodo dan juga keanekaragaman hayati di sana (Syahadat dan Putra, 2021).
Habitat komodo terutama berada di dataran rendah tropis dan sabana kering yang memiliki iklim panas. Komodo biasanya ditemukan di wilayah dengan vegetasi yang jarang, memungkinkannya untuk berburu mangsa dengan mudah. Komodo juga sering ditemukan di pantai, rawa-rawa, serta lereng bukit di sekitar habitat alaminya.
Hewan ini adalah predator puncak di ekosistemnya dan memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan populasi mangsa di wilayahnya.
Perubahan iklim secara langsung mengancam habitat komodo dengan meningkatkan suhu global dan mengubah pola cuaca di kawasan tropis seperti Kepulauan Komodo. Komodo merupakan salah satu hewan sensitif dengan lingkungan sekitar.
Perubahan lingkungan akibat kerusakan habitat berpengaruh pada perubahan psikologi komodo (Putri dkk., 2021).
Sebagai reptil berdarah dingin, kenaikan suhu dapat menyebabkan peningkatan laju metabolisme dan mempengaruhi perilaku serta kemampuan reproduksi komodo.
Suhu yang terlalu tinggi bisa memaksa komodo lebih sering berteduh daripada berburu, yang berisiko mengurangi kesehatan komodo.
Selain itu, suhu ekstrem dapat memengaruhi siklus reproduksi komodo, menurunkan jumlah telur yang dihasilkan dan tingkat keberhasilan penetasan yang dapat mengakibatkan penurunan populasi komodo.
Keterbatasan habitat komodo dalam beradaptasi terhadap suhu yang semakin tinggi juga memperburuk situasi.
Sebagai hewan dengan mobilitas terbatas yang hidup di pulau-pulau kecil, komodo tidak dapat dengan mudah berpindah ke daerah yang lebih dingin atau kondusif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: