Nostalgia Indah: Cerita Berburu Durian di Negeri Sakura
--
Prof. Admi Syarif, PhD
dosen Unila dan tukang tulis
Musim durian selalu saja membawa suasana yang berbeda.
Pedagang berjejer di pinggir jalan, menumpuk durian-durian dengan bentuk dan ukuran bervariasi. Harganya pun bervariasi, dari yang murah hingga yang premium dengan daging tebal, manis, dan lembut.
Suara tawar-menawar terdengar riuh, dan para pecinta durian berburu buah terbaik untuk dinikmati bersama keluarga atau teman. Setiap durian yan akan dibeli diperiksa dengan cermat, untuk mendapatkan kualitas durian terbaik.
Suasana kebersamaan pun terasa ketika berkumpul, membuka durian, dan menikmati buah berduri ini sambil berbagi cerita.
Sepertinya makan durian bersama memang simbol kebahagiaan sederhana.
Melihat ramainya musim durian di Lampung, jadi teringat cerita berburu durian saat saya masih bermukim di negeri Sakura, Jepang, tahun 1995 -2007.
Hidup di Jepang sebagai pencinta durian memang penuh tantangan, terutama karena harga durian di sini terbilang fantastis.
Bayangkan, satu buah durian Monthong (adal Thailand) bisa dihargai sekitar 3000 Yen, atau setara 500 ribu rupiah! Namun, bagi pencinta durian sejati, ada trik khusus untuk menikmati durian berkualitas tanpa membuat kantong jebol: berburu diskon!
Orang Jepang umumnya tidak menyukai durian yang terlalu matang. Mereka lebih memilih durian dengan tekstur kenyal dan aroma yang ringan.
Akibatnya, durian matang dengan aroma khas sering kali dianggap kurang diminati, dan inilah yang menjadi peluang emas bagi saya. Durian yang tadinya dihargai 3000 Yen bisa diobral hingga 70% lebih murah ketika sudah matang dan berbau.
Di dekat apartemen saya, ada sebuah supermarket besar bernama Freshsai yang terkenal dengan potongan harga besar-besaran untuk produk segar, terutama buah-buahan.
Yang membuat tempat ini semakin spesial adalah, Yulia—sang pujaan hati—bekerja part-time di sana sebagai petugas pelabel diskon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: