Pada tahun 2016, ketika berusia 13 tahun, Sarab menuduh penculiknya membawanya ke rumah seorang pria Australia yang tinggal di Raqqa, Suriah.
Dia mengenal pria ini dengan panggilan Abu Umar.
BACA JUGA:BKN Terbitkan Aturan Kenaikan Pangkat Jadi Enam Periode
Suatu hari, ketika Sarab lupa mencuci piring, dia menuduh Abu Umar memasukkannya di sebuah kamar sendirian dan menantu Abu Umar menguncinya di sana selama 12 jam tanpa makanan.
Sarab ditahan selama tiga tahun lagi dan dibebaskan secara kebetulan ketika kelompok milisi Kurdi bertemu dengan penculiknya di jalan. Penculik itu mengakui menyembunyikan seorang budak Yazidi di rumahnya.
Setelah kembali ke Irak, Sarab mengetahui seorang perempuan Yazidi lain yang diduga telah ditahan oleh Abu Umar di Suriah.
Nama perempuan itu adalah Tayseer, yang mengaku kepada program Foreign Correspondent, bahwa dia tinggal bersama Abu Umar selama lebih dari setahun..
Tayseer mengatakan dia dipaksa memasak dan membersihkan rumah.
Tidak seperti Sarab, Tayseer menuduh dia diperkosa berkali-kali oleh Abu Umar.
Siapakah Abu Umar?
Pria yang diidentifikasi Sarab dan Tayseer sebagai "Abu Umar" adalah Mohammed Ahmad dari Melbourne.
Dia tinggal bertahun-tahun tinggal di wilayah Suriah yang dikuasai ISIS.
Kedua putra Ahmad telah tewas. Dia mengklaim salah satu dari anaknya itu memiliki peran administratif untuk ISIS.
Kini Ahmad ditahan tanpa dakwaan di sebuah penjara di Suriah.
Dalam wawancara dengan ABC News pada 2019, Ahmad mengaku tidak pernah menjadi anggota ISIS. Dia dia pergi ke Suriah, katanya, untuk menghadiri pernikahan putranya dan terjebak di sana.
Ahmad juga mengakui bahwa ada seorang budak Yazidi yang tinggal di rumahnya, tapi dia diperlakukan "seperti anak perempuan" dan dia adalah milik putranya yang sudah meninggal.