"Kita disuruh melepas bra, tidak boleh pakai nipple pad atau bra gel dan kita benar-benar pakai celana dalam doang dan di situ kita disuruh melakukan beberapa pose," ucap Ratih.
Ratih mengatakan dirinya diminta berpose dalam berbagai gaya tanpa menggunakan busana selain celana dalam yang membuatnya merasa tidak nyaman dan trauma.
"Saya disuruh (berpose) angkat kaki saya satu ke kursi untuk dilihat bagaimana, bagian bawah privasi saya bagaimana, lalu saya disuruh berputar badan," katanya.
"Disitu saya terganggu sampai sekarang saya masih overthinking, susah tidur karena mental saya kepikiran bagaimana mereka melakukan body shaming," sambung Ratih.
Hal lain yang membuat para kontestan merasa terganggu dan tidak nyaman adalah masalah privasi.
Saat mereka di-body cheking serta harus berpose dengan berbagai gaya dalam kondisi tanpa busana terdapat sejumlah pria di dalam ruangan tersebut.
"Di situ ada pria dan wanita juga, benar-benar ramai, saya sendiri telanjang jadi merasa tertekan karena dilihat lawan jenis," kata Jelita.
Menurut fotografer Rio Motret yang sebelumnya menjabat sebagai Visual Director Miss Universe Indonesia, body checking merupakan hal yang umum dilakukan dalam ajang kontes kecantikan.
Body checking dilakukan dengan tujuan untuk melihat kekurangan bagian tubuh kontestan yang nantinya harus ditutupi dengan riasan.
Namun Rio mengatakan seharusnya kekurangan yang ditemukan itu digambar bukan di foto.
Karena dikhawatirkan foto-fotonya nanti akan disebarkan atau digunakan secara tidak bertanggung jawab.
BACA JUGA:Heboh Skandal Finalis Miss Universe Indonesia 2023 Diminta Foto Telanjang, Rio Motret Murka
Atas kejadian yang menimpa para korban, sebanyak 10 finalis Miss Universe Indonesia yang merasa telah dilecehkan kini melaporkan kejadian ini ke polisi.