Tapi itu pula alasan Wahdi tidak berpartai, agar mudah masuk kesana kemari.
Walau kursi NasDem lebih kecil dari PDI Perjuangan, secara de facto dan de jure Wahdi bukanlah kader NasDem.
Dekat iya, kader bukan, jadi bisa dimaklumilah jika kemudian Anna Morinda jadi wakilnya Wahdi.
Berkah elektoral dapat, tiket PDI Perjuangan tidak hangus begitu saja (bahasa kerennya tidak dijual tiket PDI Perjuangan).
Tapi perempuan itu beda, kalau luka hatinya kadang susah terobati. Tapi itu kalau hanya perempuan biasa, kalau perempuan politik mungkin ada hitung-hitungan realistis yang harus diambil.
Apalagi jika Wahdi mengambil formulir pendaftaran ke PDI Perjuangan yang sudah dibuka dua hari ini.
Meskipun info terakhir, Anna Morinda tinggal menunggu perintah partai untuk mengambil formulir di internal partainya sendiri.
Kuncinya nanti, apakah perintah itu Anna mengambil formulir bakal calon walikota atau bakal calon wakil walikota.
BACA JUGA:Soal Gas 3 Kg Langka, Pemkot Metro Lakukan Monitoring, Ini Hasilnya!
Jika PDI Perjuangan membuka pendaftaran secara terbuka, PKS masih melakukan penjaringan secara tertutup.
Karena ada tim dari DPW PKS Lampung yang khusus menangani pilkada di kabupaten/kota yang akan membantu menjajaki dan menjaring calon.
Sama dengan PDI Perjuangan, PKS mungkin saja melunak jika Wahdi mengambil Husaini yang merupakan Ketua DPD PKS Kota Metro menjadi pendampingnya, bukan Qomaru.
Tapi ini memang mengandung konsekuensi Wahdi-Qomaru jilid kedua dihilangkan.
Kalau tidak mengambil kader PDI Perjuangan atau PKS, bisa dipastikan kedua partai itu akan mengusung calon sendiri dan membangun koalisi mandiri.
Sudah banyak nama bertebaran. Apalagi Pilkada Kota Metro dikenal salah satu daerah yang selalu memiliki calon lebih dari dua pasang.
BACA JUGA:Pemkot Metro Minta DLH Untuk OTT Pembuang Sampah Sembarangan