Komunikasi Sebagai Sarana Akulturasi Mahasiswa Rantau
Foto: Ilustrasi --
Manusia dalam hidupnya pasti akan menghadapi peristiwa kebudayaan dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda yang turut dibawa serta dalam melangsungkan komunikasi.
Individu yang memasuki lingkungan baru berarti melakukan kontak kebudayaan, individu tersebut juga akan berhadapan dengan orang-orang dalam lingkungan baru yang ia kunjungi, maka komunikasi antarbudaya dalam praktiknya bukanlah persoalan yang sederhana, kita harus menyadari pesan dan menyandi balik pesan dengan cara tertentu sehingga pesan-pesan tersebut akan dikenali, diterima dan direspon oleh individu-individu yang berinteraksi dengan kita.
Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli.
Budaya mahasiswa rantau, antara lain:
Prinsip dasar bahwa hidup ideal adalah hidup bersama dan merasa senasib-sepenanggungan.
Solidaritas, yakni berhubungan dengan keinginan mereka untuk selalu bahu membahu dalam setiap pekerjaan atau persoalan.
Komunikasi antar budaya sebagai sarana akulturasi antara mahasiswa rantau dengan masyarakat lokal merupakan komunikasi antar pribadi dan kelompok yang melibatkan dua unsur budaya yang berbeda.
Mahasiswa perantauan dengan latar belakang budayanya dari daerah masing-masing dan masyarakat lokal yang juga membawa budaya asalnya.
BACA JUGA:Komunikasi Satu Arah Dalam Dakwah Digital
Budaya yang dibawa mahasiswa perantauan dapat berbaur dengan budaya masyarakat lokal yang sudah ada sebelumnya.
Jadi kecenderungan yang bersifat kedaerahan itu sudah mulai luntur dan mulai membentuk budaya baru tanpa menghilangkan budaya aslinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: