Panas Ekstrem, Waspadai Bencana Karhutla dan Efeknya Untuk Kesehatan

Panas Ekstrem, Waspadai Bencana Karhutla dan Efeknya Untuk Kesehatan

Foto: Ilustrasi --

RADARMETRO- Badan Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) memprakirakan bahwa di tahun 2023 akan terjadi kemarau panjang akibat fenomena El Nino. Sebagian ahli bahkan menyebut El Nino tahun ini akan menjadi salah satu yang terparah yang pernah terjadi di era modern sekarang ini.

Sebuah penelitian di Sumatera yang dipublikasikan di jurnal One Earth edisi tahun 2023 menemukan bahwa amplitudo perubahan iklim menjadi lebih ekstrem dalam 20 tahun terakhir.

Artinya pada saat ini, El Nino (musim kering) menjadi lebih kering dan La Nina (musim basah) akkan menjadi lebih basah dibandingkan 20 tahun yang lalu.

BMKG menyebutkan sebagian besar wilayah di Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori Bawah Normal (lebih kering dari kondisi normalnya) hingga mencapai hanya 20 mm per bulan dan beberapa wilayah mengalami kondisi tidak ada hujan sama sekali (0 mm/bulan).

Beberapa daerah yang diprediksi akan mengalami curah hujan yang sangat rendah yaitu kurang dari 20 mm/bulan meliputi Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, dan NTT.

Memasuki bulan Agustus hingga Oktober 2023 fenomena El Nino ini akan mencapai fase puncak dengan wilayah terdampak semakin luas.

BMKG mencatat sebanyak 582 zona musim (ZOM) atau 83 persen wilayah Indonesia sudah terdampak efek El Nino mulai dari Pulau Sumatera hingga Papua.

Minimnya curah hujan akan menyebabkan cuaca panas yang ekstrem dan memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), khususnya di daerah-daerah dengan lahan perkebunan dan lahan gambut yang luas.

Beberapa provinsi dengan risiko karhutla yang tinggi antara lain Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Riau, Sumatra Selatan, dan Jambi.

Pada periode El Nino, kejadian karhutla bisa berlangsung berbulan-bulan, bahkan hingga delapan kali lebih besar dibanding tahun normal.

BMKG  mencatat, Indonesia mengalami El Nino pada 2019, 2015, dan 2010. Pada 2015 dan 2019, fenomena El Nino cukup ekstrem hingga menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang cukup besar. Tercatat luas karhutla pada 2015 mencapai 2,6 juta hektar dan 1,6 juta hektar pada 2019.

Sementara menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dirilis pada Rabu (7/6/2023), hingga awal Juni 2023, sudah ada 112 kejadian kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

Karhutla tidak hanya akan berdampak pada kerusakan lingkungan dan ekonomi saja, namun  juga dapat menimbulkan efek yang masif bagi aspek kehidupan masyarakat terutama pada kesehatan.

BACA JUGA:Waspadai El Nino! Ini Beberapa Wilayah di Tanggamus yang Rawan Kekeringan Ekstrem

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: