Memahami Kearifan Lokal Brobosan dalam perspektif Islam di Desa Rejodadi kec.Sembawa
Brobosan adalah tradisi melewati bawah keranda jenazah bolak-balik tiga kali, yang diyakini dapat menghilangkan rasa tomtoman (kepikiran terus-menerus) terhadap almarhum--Dok Radarmetro.disway.id
2. Perspektif Islam terhadap Proses Pelaksanaan
Prosesi Brobosan yang melibatkan keluarga melewati bawah keranda jenazah sebanyak tiga kali tidak ditemukan dalam ajaran Islam.
Beberapa poin yang perlu diperhatikan:
a. Tawakkal kepada Allah: Islam menekankan bahwa semua urusan manusia, termasuk rasa duka, harus dikembalikan kepada Allah. Oleh karena itu, praktik seperti Brobosan harus dipastikan tidak mengandung keyakinan yang bertentangan dengan tauhid.
b. Larangan Takhayul dan Syirik: Jika dalam tradisi Brobosan terdapat keyakinan tertentu yang tidak sesuai dengan akidah Islam, seperti mempercayai adanya keberkahan tertentu dari keranda, maka hal ini perlu diluruskan.
BACA JUGA:Wabub Ardito Pastikan Perusahaan Jalankan Perintah Kementan
3. Relevansi Tradisi Brobosan dalam Kehidupan Muslim Modern
Di era modern, tradisi Brobosan dapat tetap dipertahankan selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
Beberapa rekomendasi meliputi:
a. Pendidikan Agama: Penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa penghormatan kepada jenazah harus dilakukan sesuai dengan ajaran Islam.
b. Harmonisasi Adat dan Agama: Tradisi lokal seperti Brobosan dapat dimodifikasi atau disesuaikan agar tidak bertentangan dengan syariat
c. Pendekatan Dakwah: Tokoh agama dapat menjelaskan nilai-nilai Islam terkait penghormatan kepada jenazah tanpa mengabaikan nilai-nilai lokal yang bersifat positif.
BACA JUGA:Pj Bupati Tulang Bawang Ajak ASN Senam Pagi untuk Tingkatkan Gaya Hidup Sehat
Kesimpulan
Tradisi Brobosan merupakan bagian dari kearifan lokal masyarakat Jawa yang memiliki nilai simbolik dalam prosesi pemakaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: